Ditulis oleh : Eka Sutarmi, Mahasiswa IAIN Tulungagung Jurusan Bahasa Inggris.
TRIBUNNERS - Hat Yai, Thailand Selatan merupakan wilayah yang mayoritas masyarakatnya menggunakan bahasa Thai sebagai bahasa kesehariannya, sangat sedikit yang bisa bahasa Melayu.
Saat awal-awal tinggal disini saya enggan untuk membeli makanan di kantin sekolah atau kedai yang menjual barang-barang yang lain, salah satu penyebabnya karena keterbatasan bahasa yang saya miliki, tidak tahu apa yang harus saya katakan kepada si-penjual.
Ketika ingin membeli sesuatu, jadi harus ditemani dengan seseorang yang bisa menjelaskan pembicaraan si pembeli kepada saya.
Tidak enak juga kan jika saya salah memberikan uang yang harus saya bayarkan kepada pembelinya. Kemungkinan besar hal itu bisa terjadi karena tidak paham dengan berapa jumlah uang yang pembeli katakan saat bertransaksi. Ketika ada yang menemani saya untuk membeli sesuatu, saya selalu bertanya kepada teman saya apa yang si penjual katakan, terutama soal harga.
Dengan begitu saya sedikit demi sedikit bisa memahami harga tentang sesuatu yang sering saya beli, misalnya makanan, snack, pulsa, dan sebagainya.
Semakin lama, saya semakin berani untuk kesana kemari sendirian saat ingin membeli sesuatu tanpa harus mengajak orang lain karena saya sudah sedikit tahu tentang nominal dalam Bahasa Thai.
Ketika membeli sesuatu, langsung saya ambil barang yang ingin saya beli, lalu saya menghitung jumlah barang itu kedalam Bahasa Thai.
Itu saya lakukan sebagai kode jika saya sudah selesai memilih barang yang ingin saya beli, tinggal giliran si-penjual yang menghitung total harga yang harus saya bayarkan.
“Neng roy haa sip haa”, “sam sip et”, “Sam roy sii sip sam”, dan sebagainya.
Setiap membeli pasti aka nada harga baru yang menjadi tantangan untuk kita pahami. Saat penjual memberitahu uang yang harus saya bayarkan, memang saya tidak langsung mengerti, tapi saya masih memikirkan berapa sebenarnya angka yang dimaksudkan si-penjual.
Rasanya senang sekali saat saya bisa memahami angka yang dimaksud dan uang yang saya berikan bisa sesuai.
Setiap membeli sesuatu saya begitu menanti-nanti si-penjual memberitahu harga dari barang-barang yang sudah saya beli.
Saya tidak sabar ingin menebak berapa angka-angka yang disebutkan dan ketika saya bisa paham dengan angka-angka yang dimaksudkan, saya merasa puas, saya biasa langsung mencatatnya.
Ketika saya membeli lagi dengan total harga yang sama, otomatis saya bisa langsung memberikan uangnya tanpa harus berpikir lagi.
Ternyata mengafalkan angka-angka Thai dengan membeli barang-barang ini lebih mudah daripada harus menghafalkan satu per satu.
Sekitar satu minggu pertama disini saya hanya bisa menghafal angka 1 sampai 10 saja dalam Bahasa Thai.
Dengan saya memberanikan diri untuk bercakap dengan penjual saat membeli, saya menjadi paham angka-angka dalam Bahasa Thai dengan jumlah yang cukup.
Lumayan, selama sebulan bisa paham angka ratusan, dan kini setelah beberapa bulan semakin bertambah lagi.
Cara ini akan sangat efektif, karena belanja adalah kegiatan yang tidak lepas dalam kehidupan kita. Setiap belanja, coba perhatikan dengan baik-baik, lalu pahami, kalau perlu dicatat berapa total harga yang kita habiskan.
Semakin sering kita belanja, maka semakin banyak juga kosakata tentang nominal harga dalam Bahasa Thai yang bisa kita kumpulkan. Dengan begitu, maka akan terlatih memahami hitungan dalam bahasa Thai.