News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ketika Aparat Negara Bermain Bola Ini yang Terjadi

Penulis: Hasan Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Piala Bhayangkara

TRIBUNNERS - Lupakan sejenak tentang sanksi FIFA kepada Indonesia atau kasus hukum yang menimpa Ketua Umum PSSI saat ini, La Nyalla Matalitti. Mulai pekan ini pecinta sepak bola di Indonesia dimanjakan dengan pertandingan-pertandingan sekelas big match dalam ajang Piala Bhayangkara.

Turnamen ini terbagi ke dalam dua grup. Bali United dan Persib Bandung didapuk sebagai tuan rumah dalam babak penyisihan.

Tim-tim besar seperti Persija Jakarta, dan  Arema Cronous juga ikut ambil bagian.

Uniknya, ada dua tim non-profesional yang ikut bergabung dalam turnamen ini, ya mereka adalah PS TNI dan PS Polri.

PS TNI tergabung dalam Grup A bersama Pusamania Borneo FC (PBFC), Persib Bandung, Mitra Kukar, dan Sriwijaya FC.

Di Grup B PS Polri harus bersaing ketat dengan Persija Jakarta, Arema Cronus, Bali United, Persipura Jayapura.

Bagi pecinta sepakbola Indonesia, keberadaan PS TNI sebenarnya sudah tidak asing lagi, karena pada turnamen sebelumnya, Piala Jendral Sudirman, PS TNI juga ikut ambil bagian dan secara mengejutkan lolos ke babak delapan besar, meskipun pada Piala Gubernur Kaltim tim ini gagal total.

Bagaimana dengan PS Polri? Tim ini benar-benar baru untuk mengikuti turnamen kelas nasional. Meskipun dapat disebut sebagai tim amatir, PS TNI dan PS Polri tidak dapat dipandang sebelah mata jika menengok skuad yang dimiliki.

Di PS TNI misalnya, siapa yang tak kenal dengan Manahati Lestusen, Legimin Raharjo, Dimas Drajad, dan Ahmad Naufiandani? Ditambah dengan keberaadaan kiper muda potensial, Dhika Bhayangkara.

Bagaimana dengan PS Polri? Tim ini benar-benar patut diwaspadai oleh tim-tim lain.

Tiga pemain asing berkelas berhasil direkrut, mereka adalah Fabiano Beltrame, Robertinho Pugliara, dan James Koko Lomel, ditambah dengan satu pemain naturalisasi, Bio Paulin Piere.

Untuk pemain lokal, beberapa nama eks Timnas U19 berhasil didatangkan dengan iming-iming diberi peluang untuk menjadi anggota Polri, mereka adalah Paulo Sitanggang, Maldini Pali (pinjaman dari PSM), Hansamu Yama, Hargianto, Fatchu Rochman, dan Muchlis Hadi Ning.

PS Polri juga tak main-main dalam memilih pelatih, Bambang Nurdiansyah.  

Pelatih ini punya rekam jejak yang bagus di kancah persepakbolaan nasional, sebut saja PSIS Semarang dan Persita Tangerang  pernah ditanganinya.

PS Polri menjadi skuad paling gemuk dalam turnamen kali ini dengan 33 pemain, artinya pelatih punya banyak pilihan dalam merotasi pemain.

Hal ini akan menguntungkan tim dengan padatnya jadwal pertandingan di Piala Bhayangkara.

Satu hal yang patut kita simak dari keberadaan PS TNI dan PS Polri adalah bagaimana pelatih mampu meracik sebuah tim yang solid dengan mengkombinasikan antara pemain profesional dengan pemain asli anggota TNI dan Polri, sehingga keberadaan mereka dalam turnamen tidak dianggap sebagai tim penggembira saja.

Apalagi pada kesempatan kali ini POLRI yang punya ‘hajatan’, tentu mereka tidak ingin kandas begitu saja.

Salah satu kekuatan yang dimiliki kedua tim ini adalah semangat menjunjung tinggi nama korps masing-masing.

Kebanggaan mewakili korps dalam sebuah turnamen sepak bola tentu saja menjadi pengalaman istimewa dan berharga bagi para prajurit TNI dan anggota Polri ini.  

Keberadaan kedua tim ini memang istimewa dan dapat dikatakan unik. Selain karena mereka bukan tim profesional, tim ini juga tidak mewakili kedaerahan seperti tim-tim lain.

Mereka mewakili sebuah nama lembaga yang menjadi kebanggaan bagi mereka tersendiri. Kedua lembaga ini di kenal memiliki wibawa di negeri ini.

Jadi, di sini tentu saja para pemain dituntut untuk menjaga nama baik lembaga dengan menunjukkan sikap  yang baik di dalam maupun di luar lapangan.

Dari hasil pertandingan, Persija Jakarta adalah korban pertama PS Polri, secara mengejutkan mereka dipecundangi PS Polri dengan skor 3-0, sementara PS TNI meraih hasil mengecewakan di pertandingan pertama, mereka menyerah dengan skor 2-1 dari tim kuat Sriwijaya FC.

Di pertandingan keduanya hari ini, PS Polri nyaris menang apabila Persipura tak berhasil menyamakan kedudukan di menit ke 83, yang membuat kedudukan akhir menjadi imbang 1-1.

Menarik untuk disimak bagaimana konsistensi kedua tim ini dalam turnamen Piala Bhayangkara, karena kemungkinan ini adalah turnamen terakhir yang diikuti oleh kedua tim.

Beberapa pihak kabarnya telah merencanakan untuk segera menyelenggarakan kompetisi jangka panjang yang diikuti oleh banyak klub profesional, sehingga persepakbolaan Indonesia yang hampir satu tahun ini berhenti bisa hidup kembali.

Keberadaan turnamen seperti Piala Jendral Sudirman, Bali Island Cup, Piala Gubernur Kaltim dan Piala Bhayangkara dipungkiri atau tidak sebenarnya telah menghidupkan kembali eiuforia masyarakat Indonesia terhadap sepakbola.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini