Ditulis oleh : Ananta Damarjati, Mahasiswa Akubank Widya Buana Semarang.
TRIBUNNERS - Secara ilmiah, telah banyak kita baca paparan dari para ahli terkait pola asuh orangtua dan anak-anaknya.
Pasti disertakan pula hasil-hasil riset berupa angka, kuantitas dan presentase. Ya, begitulah ciri metode ilmiah yang asumsi dasarnya tidak ada akibat tanpa sebab.
Alurnya, logico-hypothetico-verificatif (buktikan logikanya, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Sangat saintifik.
Hanya lewat sains pula, kiranya kita dapat secara obyektif memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan hubungan orangtua-anak termasuk dampak sosio-kulturalnya dalam berkeluarga.
Dalam hal ini, tidak bisa dipungkiri bahwa penelitian sains telah menjadikan kebudayaan secara umum, sebagai barang jadi yang sudah sempurna dan baku, serta tingkat pembenaran praktiknya hampir seratus persen.
Sebagai contoh, ketika Amy Chua dalam bukunya (Battle Hymn Of Tiger Mother), memaparkan dua metode pola asuh anak, model timur yang cenderung tegas dan keras, serta model barat yang suportif dan santai, dengan masing-masing kekurangan serta kelebihannya.
Maka yang menarik orangtua kedalam sudut pandang Amy Chua adalah bagaimana pola asuh serta kebudayaan model timur dan barat, lalu bagaimana anak-anak timur dan barat hidup menurut nilai dan norma yang masing-masing dari mereka anut.
Orangtua tersebut telah menerima buku Amy Chua sebagai barang jadi yang sudah mantap, tanpa memperhatikan pola-pola tersebut bekerja dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Yang tidak dipersoalkan orangtua adalah bagaimana seorang Amy Chua membentuk pola asuhnya, serta sejarah panjang terbentuknya pola kebudayaan berkeluarganya.
Mungkin juga, beragam penelitian parenting serta literatur lain disikapi sama, yaitu hal yang sudah baku, sempurna dan tak tersentuh oleh probabilitas tingkah laku anak masing-masing. Sehingga disikapi sikap taken for granted. Disinilah letak bahayanya.
Metode parenting pada umumnya pula, yang selalu meletakkan hasil risetnya untuk membentuk pola asuh orangtua terhadap anak.
Disini, diketahui pula bahwa pola asuh orangtua terhadap anak dalam metode ilmiah melulu sebagai subyek, bukan objek penelitian.
Hal ini semakin menegaskan jurang pemisah antara norma serta nilai yang menurut riset tadi sudah dianggap baku dan final bagi sebagian besar orangtua, dengan pola asuh anak sebagai pendukung suatu kebudayaan.