Ia mengingatkan penonton dan pendengar, semua yang ditampilkan di panggung malam itu tidak ada bunyi, atau kata yang terdengar dan terlihat kecuali membuat semua orang untuk mendapatkan hati yang puas lagi diridai Allah.
Pertunjukan malam diawali dengan penampilan para santri peserta pelatihan dan workshop bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng sehari sebelumnya. Meski hanya berlatih sehari, mereka mampu tampil dengan baik membawakan salawat.
Mereka berkolaborasi dengan Kiai Kanjeng membawakan lagu “Hymne Oh Pondokku”. Menariknya, lagu ini mereka nyanyikan dalam 10 genre musik, antara lain terbangan, keroncong, langgam, rebana, gendang Jawa, reggae, pop, rock, akapela, danswing.
Cak Fuad juga tampil membawakan Syair Abu Nawas khas Gontor diiringi gamelan Kiai Kanjeng. Acara pun makin menarik dengan rentetan lagu-lagu aransemen khas Kiai Kanjeng.
Di tengah-tengah acara, putra bungsu Kiai Hasan, Hamas Arfeddin Khosyatullah, berkesempatan tampil membawakan puisi untuk ayahnya, berjudul “Puisi untuk Kiai”.
Kemudian Cak Nun juga meminta seorang anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor yang sangat dikenalnya, yaitu KH Dawam Saleh, pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Lamongan, untuk membacakan sebuah puisi karya Pak Dawam sendiri.
Penampilan malam itu berlangsung empat jam lebih, sangat menarik dan mendidik. Selama itu Cak Nun berinteraksi aktif dengan para penonton melalui sejumlah pertanyaan yang ia lontarkan untuk mereka jawab.
Ada juga yang diminta menyanyikan lagu Islami kesukaan. Cak Nun telah mempersiapkan 30 buah peci khas Kiai Kanjeng sebagai hadiah bagi mereka yang aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.