Sebagaimana dituliskan di bagian atas, sebenarnya ada delapan kandidat untuk ketum PSSI 2016-2020 ini. Akan tetapi, nama-nama kandidat lainnya tak terlalu menimbulkan ketertarikan media-massa, dibandingkan dengan mengedepankan sosok Moeldoko dan Edy Rahmayadi.
Dari eskalasi pemberitaan sejak beberapa bulan terakhir ini, ekspektasi pertarungan sudah mengarah kuat kepada dua figur di atas: Moeldoko dan Edy Rahmayadi.
Jika tak ada perkembangan signifikan terkait pencalonan kedua jenderal ini, voter Kongres Pemilihan tetap akan terbelah pada kontestasi diantara mereka, dengan mekanisme satu suara untuk satu nama.
Terkait dengan tetap tampilnya kedua jenderal tersebut, hampir bisa dipastikan jika kandidat ketum lainnya akan mendapatkan suara.
Moeldoko, yang 8 Juli lalu tepat berusia 59 tahun, adalah lulusan Akademi Militer 1981 dengan predikat terbaik dan berhak mendapatkan penghargaan prestiseus Bintang Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama.
Jenderal TNI (Purn) Dr.Moeldoko menjabat Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015. Jenderal kelahiran Kediri, Jatim, itu, sebelumnya menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak 20 Mei hingga 30 Agustus 2013.
Saat menjabat Panglima TNI itulah kontestasi Pilpres diselenggarakan pada 2014, dan Moeldoko sukses mengamankan suksesi kepemimpinan dari Susilo Bambang Yudhoyono kepada Joko Widodo.
Sementara itu, Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi, adalah lulusan Akmil 1985. Saat ini ia masih menjabat Pangkostrad, berdasarkan keputusan Panglima TNI pada 25 Juli 2015 yang ditandatangani oleh Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, yang menggantikan Moeldoko.
Edy Rahmayadi yang dilahirkan di Sabang, Aceh, 10 Maret 1961, disebut-sebut memperoleh dukungan kuat dari mayoritas voter Kongres Pemilihan PSSI. Namun, perilaku dari para voter sendiri bisa dikatakan "unpredictable".
Mekanisme voting tertutup juga mempengaruhi perilaku para pemilik suara.
* Tb Adhi Pemerhati Olahraga