News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilkada Serentak

Terlalu Mahal Pilkada Digunakan untuk Mengejar Kekuasaan

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Langkah para pasangan calon gubenur dan wakil gubernur DKI Jakarta semakin dekat menuju pertarungan. Masing-masing calon kini telah memiliki nomor urut. Lalu apa makna nomor urut itu untuk mereka?

Oleh: Masykurudin Hafidz, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)

TRIBUNNERS - Sebagai prosedur menyeleksi kepemimpinan daerah, proses pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak pada 2017 nanti belum berjalan optimal.

Ciri khas kedaerahan sebagai karakter pilkada belum muncul dalam perbincangan masyarakat lokal. Sepertinya pilkada kurang memberikan greget.

Padahal, pilkada sebagai momentum publik mengevaluasi ‎kinerja pemerintahan lama dan menyusun konsep perbaikan ke depan secara menyeluruh.

Adu program antar pasangan calon terjadi secara intensif tentang bagaimana membangun tata kelola daerah masing-masing. Persoalan daerah seharusnya menjadi parameter dalam perbincangan peserta dan pemilih dalam pilkada di ruang publik.‎

Demikian pula, pilkada berlaku untuk merawat persatuan. Masyarakat pemilih terlibat pilkada dalam nuansa kedamaian, membuka komunikasi santun dan menerima hasil pilihan dengan ikhlas.

Dalam konteks ini, pilkada tidak hanya mencari kemenangan atau menghindari kekalahan, tetapi meneguhkan persatuan dan keberagamaan melalui perbedaan pilihan.

Pada kenyataannya, s‎ubtansi pilkada belum terbangun penuh. Seringkali yang berlaku justru sebaliknya, pilkada menjadi sarana untuk menolak keberagaman dan mengurangi persatuan.

Ujaran-ujaran nondemokratis minim kesantunan masih memenuhi ruang publik sehingga adu konsep dan program menjadi terbatas.‎

Terlalu mahal bila menggunakan pilkada hanya mengejar kuasa menghalalkan cara, menolak keberagaman bahkan menjatuhkan pemerintahan.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini