Oleh: Dody Susanto
Direktur KLINIK Pancasila
TRIBUNNEWS.COM - Perwujudan dari merayakan makna Pancasila yang paling hakiki adalah menghadirkan ruh sila ke-5 Pancasila secara nyata. Kebersungguhan kita sebagai bangsa berkarakter Indonesia Pancasila, Pancasila Indonesia diuji pada implementasi dan amal berbanyak banyak sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Jika banyak problem mengemuka dengan label kesenjangan, ketimpangan dan ketidakadilan itu penjelasan dari meredupnya sinar sila ke 5. Dibutuhkan energi fikir yang mutakhir bahwa Pancasila telah mencukupkan negeri ini untuk berwajah bangsa kaliber dunia tanpa mendesak desakan ideologi bangsa bangsa lain untuk dicoba dipraktekkan dengan dalih ideologi terbuka, dengan menegasikan kemulian niat dan cita cita para pendiri bangsa .
Sudah cukup kerusakan yang dialami bangsa karena keberhasilan pihak pihak lain bertepuk tangan akibat kekhilafan kita terkecoh dengan serangan pintar berjenis musuh dalam selimut dalam praktek bangsa mengurus kesejahteraan anak bangsanya. Mengatas namakan modernitas dan globalisasi bukan berarti meminggirkan nilai nasionalistik, warisan bahkan kejadulan yang telah terlampaui.
Kita kurang respek pada nilai tersembunyi dari kekuatan dashyat yang sudah diperlihatkan nenek moyang yang menjawab setiap tantangan jaman dengan kehormatan nilai.Kini dipertarungan abad kesejegatan kita berpeluangan merevitalisasi ekonomi gotong royong sila padi kapas atau GONG SI PAKAS melalui semangat mewartakan ekonomi khas bangsa Indonesia.
Nilai Dasar Kecukupan adalah kata kunci yang dipesankan nenek moyang dari dulu. Konsep lumbung pangan telah meletakkan betapa mulia budaya berburu dan meramu dirawat untuk anak cucu diatur tanpa eksploitasi sumber daya alam.Ketika angin mekanisasi dengan baju produktivitas untuk mengejar laju populasi penduduk dijadikan jargon pembangunan kita berpaling dari tata nilai kearifan yang melandasi rasa syukur pada karunia Tuhan.
Keinginan kuat mengejar swasembada belum diimbangi dengan semangat gerakan tapi masih balutan program atau kegiatan sektoral.
Napas gotong royong tersedak sedak karena minimnya penumbuhan prakarsa mandiri pangan. Gerakan Satu Meter Pekarangan Ekstra Rumah Area Pangan Aman Tepat (1 M PERAPAT) serta Gerakan Satu Meter Pekarangan Ekstra Sekolah Area Wajib Aksi Tanam Buah Sayur(1 M PESAWAT BUSUR) sebagai bagian upaya Gotong Royong Mandiri Pangan (GONG MANGAN) berbasis partisipasi publik dapat dimulai untuk menguatkan kecukupan pangan nasional.
Antisipasi Konsumsi global tentang persediaan beras sejumlah 500 juta ton pada tahun 2020 mengharuskan kita mengupayakan strategi optimalisasi sumber daya manusia (regenerasi petani), Gerakan Diversifikasi Pangan dan Perubahan Mindset Budaya dan Motivasi Pertanian. Sebagai Bahan Esensial Rakyat Aman Stok atau BERAS mengharuskan revitalisasi lumbung pangan berbasis Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan bersinergi dengan Bulog menyiapkan gudang beras penyangga di rumah rumah pangan dengan standarisasi yang ekonomis.
Sinergisasi ini juga salah satu penerapan ekonomi gotong royong sila padi kapas. Yang tidak kalah penting juga pemantapan mindset dan respek kita tentang budaya pertanian, mengembangkan konotasi positif tentang produk pertanian dapat dimulai dengan penamaan produk pertanian yang inspiratif dan apresiatif.
Tanpa disadari kebiasaan konotasi negatif " bangsa tempe" Licin bagai belut, otak udang, kambing hitam , bangsa singkong, penjahat kelas teri, koruptor kelas kakap , adu domba telah ikut melumpuhkan respek kita terhadap budaya pertanian.
Kementrian Perindustrian, Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan perlu membentuk Desk Paten Merk dan Inovasi (PMI ) yang menarik dan unggulan agar semua cipta karsa produk domestik dan ekspor kita menunjukkan pro pada hasil pertanian kita, misal untuk produk mobil nasional bermerk Pasifik atau Padi Sinergi Fikiran , Busana Asli Tradisi Indonesia Khas Pertanian atau BATIK Pertanian, Padi Gogo Rancah (PAGORA), Varian Ekspor SembakoPopuler Antik (VESPA), Tumbuhan Asli Keragaman Sawah Kita ( TAKSAKA) Tanaman Rakyat Asli Nilai Sejagat (TRANS ).
JENIUS (Jeruk Ekspor Negara Indonesia Unggul Sukses), PALAPA (Pisang Andalan Lokal Akses Pasar Antariksa), SATELIT (Sajak Aneka Tanam Enak Lezat Inovasi Teknologi), DIGDAYA (Duku Indonesia Gudang Duku Awet Yahud Asyik) PASPOR (Pepaya Andalan Sejagat Prima Olah Rasa).
Bangsa Jepang dan Cina juga membangun respek dunia pertanian dengan otentik. Toyota artinya padi yang subur, Honda artinya lahan padi yang utama . Bangsa Cina punya Ungkapan untuk tahun barunya " Semoga Padi Anda Tidak Terbakar " selain Nian Nian You Yu yang artinya Semoga Ikan dan Kemakmuran Menyertai Anda.
Faktanya produk mobil Jepang menguasai pasar dunia dan Bangsa Cina produsen Beras terbesar di dunia dengan menyumbang 26 persen konsumsi dunia.
Salah satu bahan dasar untuk menggairahkan Ekonomi GONG SI PAKAS ditengah pelambatan ekonomi adalah Ekonomi Murah Hati . Bangsa yang terkenal derwanan dan penuh kesetiakawanan ini perlu menghidupkan kembali nilai dasar yang sangat berharga tersebut .
Adalah Bronislaw Malinowski yang pada tahun 1910an ketika ia belajar di London School Economics (LSE) mempelajari secara mendalam esensi dari ekonomi yang berbasis pertukaran (bukan pemberian) sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan distribusi kueh ekonomi dan penanganan kemiskinan. Gift economy menurut Lewis Hyde dalam bukunya "The Gift" pada hakekatnya mengubah orientasi dari "me" (saya) ke orientasi "we" (kita).
Temuan Malinowski dan Hyde menunjukkan bahwa Gift Economy menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama (cooperation and collaboration) untuk menghasilkan hubungan dan kohesi sosial. Mungkin peristiwa seorang wanita yang membeli kopi dikedai kopi Stemani' Bean di Missouri Amerika Serikat adalah salah satu contoh yang sering dicatat dalam literatur Gift Economy.
Wanita itu, entah mengapa, ketika ia membeli kopi untuk dirinya, ia kemudian membeli segelas kopi ekstra untuk orang lain dibelakang dia. Aksi ini kemudian menular kepada pelanggan lain sehingga 1000 pelanggan melakukan hal yang sama karena ada efek menular dari kedermawanan.
Kerjasama dan kohesi sosialpun tumbuh dengan dampak distribusi kueh ekonomi yang tidak terduga. "Everyone Gets Coffee" katanya. Ibarat rebana, mungkin sebuah rebana terasa sumbang ketika dimainkan sendiri , namun ia menjadi hentakan yang sangat dahsyat ketika drummer Deep Purple Ian Paice memainkan pada lagu "Anyone's Daugther", atau Todd Sucherman (bukan suherman!), drummer the Styx memainkan dalam "Boat on the river". Rebana memberikan kontribusi dalam sebuah harmoni yang indah.
Ini terjadi karena sang komposer tahu persis bagaimana sebuah rebana harus dimainkan dan bagaimana kontribusinya dalam sebuah lagu.
Para pengambil kebijakan ekonomi kita sering lupa pada peran "rebana" ini... pada keberadaan kaum marjinalis ini, sehingga Gift Economy pun tidak pernah berada dalam benak mereka. Gift Economy terberangus oleh ekonomi transaksional dengan pamrih sebagai dasarnya. Padahal Gift Economy bukan sekedar memberi namun bagaimana kolaborasi dan kebebasan memilih menjadikan gift economy menjadi kekuatan yang sangat besar.
Kita ingat bagaimana Linus Torvald memberikan kode program sistim operasi LINUX nya secara gratis kepada khalayak ramai. Hasilnya luar biasa LINUX berkembang sebagai sistim oper asi yang tanpa "bugs" karena siapa saja bisa memperbaiki kekurangan yang ada dan memberikan kemaslahatan pada masyarakat banyak. Eric Raimond, maha guru open source pernah mengatakan "Given enough eyeballs, all bugs are shallow" (jika banyak mata melihat, semua kelemahan menjadi dangkal).
Ekonomi kebaikan ini jika ditarik kedalam perilaku bangsa dapat memperkuat implementasi Ketahanan Nasional karena orang per orang mampu menerjemahkan nilai otentik gotong royong. Semoga!