KADUNG ada anggapan bahwa pada malam tahun baru anak-anak seolah mendapat kemudahan untuk 'sibuk' di luar rumah.
Data-data global semestinya membuat orang tua berpikir ulang sebelum mengizinkan anak-anak keluyuran menyambut tahun baru.
Ambil misal:
Konsumsi minuman keras merupakan tradisi yang lazim dilakukan banyak orang.
Terlebih pada malam tahun baru, takaran konsumsi minuman beralkohol dan jenis lainnya melonjak seketika.
Pada suasana tahun baru yang identik dengan pesta semalam suntuk, anak-anak pun seakan menemukan momentum untuk mulai menjajal benda terlarang itu.
Baca: Menanti Langkah Prabowo Subianto Menuju Pilpres 2019
Andai tidak minum minuman keras, agar tahan begadang, anak-anak bisa saja mengonsumsi minuman-minuman energi.
Padahal, walau tidak mengandung alkohol, minuman semacam itu tetap bisa berakibat buruk bagi kesehatan, misalnya karena overdosis kafein.
Studi juga menemukan, konsumsi minuman energi di usia belia meningkatkan potensi anak muda kelak menjadi peminum minuman keras.
Perilaku-perilaku tipikal di malam tahun baru tersebut menjadi penyebab masalah susulan: tingginya kunjungan ke unit gawat darurat rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas, mabuk dan keracunan, cedera perkelahian fisik, kontak seks liar dan tidak aman, perilaku tidak tertib sosial, serta insiden-insiden lain akibat menurunnya kesadaran.
Tidak hanya sekian banyak risiko di atas datang sebagai akibat dari perilaku anak-anak sendiri.
Baca: Sebelum Menghembuskan Napas Terakhir, Vena Bisikkan Sebuah Nama Orang yang Membunuhnya
Anak-anak juga berisiko menjadi korban karena kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dilakukan pula oleh orang-orang dewasa.