Dari sembilan nama itu, tak satu pun yang berdasarkan hasil survei, elektabilitasnya melampaui TGB. Apalagi dalam pilpres yang lebih berpengaruh adalah sosok personal, bukan partai.
Jadi, daripada nanti tidak mendapatkan apa-apa karena kalah pilpres, dan mau bergabung dengan koalisi Jokowi juga tak mungkin karena chemistry PKS tidak cocok, lebih baik PKS merelakan TGB sebagai cawapres dari 08, dan sebagian dari kesembilan kader PKS tersebut cukup menjadi menteri saja kelak bila menang.
Dalam terminologi Jawa, jangan sampai Gerindra, PKS, Demokrat, PAN dan PKB “rebut balung tanpa isi” (berebut tulang tanpa sumsum), atau berebut layang-layang putus, ketika satu pihak sudah mendapatkan layang-layang itu, supaya tak ada yang bisa menguasainya, layang-layang itu kemudian dirobek oleh pihak lain.
Akhirnya, tak ada yang beroleh manfaat dari layang-layang putus yang diperbutkan itu.
Perpaduan 08 yang nasionalis dan TGB yang religius sudah pasti akan menjadi kekuatan yang super dahsyat dan bisa menandingi petahana Presiden Jokowi.
Mengapa bukan Anies Baswedan saja? Anies belum genap setahun menjabat Gubernur DKI Jakarta, sehingga masih perlu membuktikan prestasinya. Sedangkan TGB sudah dua periode menjabat Gubernur NTB, sehingga sudah pasti berprestasi dan kenyang asam garam.
Kehadiran TGB yang alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, jelas amat dibutuhkan umat yang merindukan sosok pemimpin sejuk. Mereka yang non-muslim juga mensyaratkan toleransi dari umat Islam. Semua itu ada di dalam diri TGB.
Siapa cawapres 08 akan sangat menentukan kemenangan dalam Pilpres 2019, apalagi langkah 08 menerima mandat sebagai capres sudah tepat.
Paling tidak, suara Gerindra pada Pemilu Legislatif 2019 akan stabil seperti Pemilu 2014, bahkan ada kemungkinan meningkat berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga. Kalau Gerindra saat ini ranking 3, bisa jadi pada Pemilu 2019 menjadi ranking 2 bahkan 1.
Mengapa? 08 adalah ikon Gerindra. Ketika ikon itu menjadi capres, maka ada kebanggaan tersendiri bagi kader dan simpatisan, sehingga mereka tetap memilih Gerindra, dan ketika memilih Gerindra, sudah pasti mereka memilih 08 dalam pilpres yang digelar bersamaan dengan pileg. Insya Allah!
H. Sopyan Iskandar: Ketua DPP LPRI (Lembaga Pengawas Reformasi Indonesia).