TRIBUNNEWS.COM - Sepekan setelah kerusuhan narapidana teroris di Rutan Mako Brimob Depok, lima aksi teror terjadi beruntun dan serentak di Surabaya.
Tiga bom meledak pagi hari (13/5) di tiga gereja dalam waktu yang berdekatan, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta.
Baca: Kecelakaan Maut di Brebes Tewaskan 11 Orang di Lokasi, Polisi: Kami Menduga karena Rem Blong
Usut punya usut, terduga teroris yang melakukan aksi keji tersebut berasal dari satu keluarga. Terduga teroris Dita Oepriyarto, beserta Istri dan kelima anaknya melakukan bom bunuh diri di ketiga lokasi tersebut. Ledakan bom mengakibatkan 18 orang tewas dan 57 orang luka-luka.
Malam harinya, sebuah bom kembali meledak di rumah susun Wonocolo Sidoarjo, Jawa Timur.
Ledakan ini terjadi saat hendak dilakukan penggerebekan di rumah terduga teroris, diduga bom tak sengaja dipicu pelakunya. Kurang dari 24 jam setelah itu, aksi teror kembali mengguncang Surabaya.
Senin pagi (14/5) sebuah ledakan keras terdengar di Polrestabes Surabaya. Aksi ini menewaskan satu anggota polisi. Rangkaian aksi keji ini memiliki kesamaan yakni dilakukan oleh sejumlah anggota keluarga, bahkan anak-anak di bawah umur.
Aksi teror yang melibatkan anak-anak dan perempuan adalah kali pertama terjadi di sepanjang sejarah Indonesia.
Penyelidikan terus dilakukan, beberapa kejanggalan muncul belakangan meski sebagian besarnya belum tampak di permukaan.
Jurnalis KompasTV, Aiman Witjaksono pun menemukan kejanggalan di akun media sosial anak terduga teroris pelaku bom bunuh diri di gereja, terungkap dari keterangan guru sekolah yang ditemuinya.
Dan bagaimana kronologi penyelamatan korban anak terduga teroris yang selamat dari aksi bom mematikan keluarganya di Polrestabes Surabaya? Aiman menemui AKBP Roni Faisal yang menyelamatkan nyawa anak berumur 8 tahun sesaat pasca ledakan.
Saksikan program AIMAN dalam episode Eksklusif "Mereka yang Ditinggalkan... " yang akan tayang Senin 21 Mei 2018 pukul 20.00 WIB di KompasTV. (Metalia/ KompasTV)