News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Adil Dalam Pikiran Bersama Kiai Yahya Cholil Staquf

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Osmar Tanjung

Oleh Osmar Tanjung, Pendiri Pusat Kajian Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari)

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Akhir-akhir ini kita menemukan rupa tokoh politik yang menggangu rasa adil kita. Kehadiran Kiai Yahya Staquf dalam American-Jewish Committee di Israel menjadi pembahasan hangat. Di penghujung Ramadhan, justru para tokoh oposan kembali menyemai kebencian.

Sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat, kita juga harus adil dalam pikiran. Publik tidak boleh dibiarkan terus-terusan mengkonsumsi informasi yang menghasut yang didasari pada upaya penyebaran kebencian dan syahwat kekuasaan.

Kehadiran Kiai Yahya Cholil Stafuq di Israel bukan atasnama PB NU, bukan atasnama Wantimpres.

Kapasitas beliau hadir di Israel adalah sebagai pribadi, sebagai seorang yang memperjuangkan ide-ide keadilan dan perdamaian yang digagas oleh guru beliau, Gus Dur.

Misi Kiai Yahya jelas membawa misi mendorong upaya dialog perdamaian antar warga (people to people dialogue).

Strategi yang diupayakan beliau adalah mempengaruhi masyarakat sipil di dunia agar terbangun suatu dialog perdamaian, khususnya yang berhubungan dengan perjuangan bangsa Palestina.

Bagi Abi Rekso, Juru Bicara PKP Berdikari, niatan luhur Kiyai Yahya Cholil Stafuq patut didukung oleh semua pihak.

Pendekatan kekerasan, apalagi menggunakan militer, tidak pernah menghasilkan perdamaian yang langgeng. Bahkan hanya menghasilkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya.

Pusat Kajian dan Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari) mencatat  pernyataan Presiden Joko Widodo, bahwa kehadiran Kiai Yahya Cholil Staquf tidak merepresentasikan pemerintah.

Begitu juga pendapat Kiyai Said Aqil Siroj selaku Ketua Umum PBNU, bahwa kehadiran Kiai Yahya Cholil Staquf bukan atas nama PB NU.

Jelas bahwa politik luar negri kita adalah politik bebas aktif dalam mendorong terwujudnya perdamaian dunia, tambah Abi Rekso.

Oleh karena itu, kehadiran Kyai Yahya Staqufalah harus diapresiasi sebagai wujud praktek diplomasi Internasional sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam isi ceramah Kiai Yahya Cholil Staquf, tidak ada satu kalimat pun membenarkan invasi atau tidak kekerasan oleh negara Israel.

Kiai Yahya Cholil Staquf memaparkan bahwa dunia sedang dilanda krisis beragama. Artinya agama hanya dijadikan alat untuk berkuasa dan mencari keuntungan.

Tidak terkecuali di Indonesia yang majemuk masyarakatnya yang hidup dalam kebhinekaan.

Dalam konteks ini beliau malah umat Islam harus berubah agar tidak mudah terjebak dengan kepentingan kuasa. Karena tidak ada obat yang paling mujarab, selain merubah pola atau gaya hidup.

Dalam pidato penutupnya Kiai Yahya Cholil Staquf bernasihat terkait "rahmah". Sebuah konsep keadilan yang baik bagi semua ummat manusia tanpa terkecuali.

Keadilan yang baik bukan saja sesuatu yang kita tuntut. Kendati, juga keinginan yang kuat untuk memberikan. Sehingga tidak ada jalan lain selain memilih rahmah dalam merawat serta menciptakan perdamaian dunia.

PKPBerdikari sebagai pusat informasi dan pendidikan rakyat menyerukan agar masyarakat luas tidak mudah terprovokasi.

PKPBerdikari berkeyakinan penuh, bahwa mereka yang menghujat semata-mata sebagai upaya memecah belah umat muslim di Indonesia.

Oleh karenanya, marilah di bulan yang baik ini jangan kita merusak rasa damai dalam berbangsa.

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1439 Hijriah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini