News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres 2019

TGB-kah Cawapres Jokowi?

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), KH Musthofa Aqiel Siradj dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TBG Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) di Ponpes KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018).

Ferry Juliantono, Wakil Ketua Umum Gerindra lainnya, menyatakan, masyarakat sudah bisa melihat secara gamblang apa yang melatari TGB mendukung Jokowi.

Apalagi, katanya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah membuka penyelidikan terkait divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang kini berubah nama menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

Dalam kasus ini, nama TGB dikaitkan sebagai pihak yang meminta agar melepas saham 6% PT NNT yang dimiliki tiga daerah, yakni Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa dan Pemkab Sumbawa Barat di PT Daerah Maju Bersaing (DMB). Mei lalu, TGB memang pernah menjalani pemeriksaan di KPK, namun tidak dijelaskan asalan pemeriksaan itu. Pihak KPK hanya berdalih kasus tersebut baru dalam tahap “pulbaket” (pengumplan bahan dan keterangan).

"Sama sekali tidak ada. Saya tidak pernah dalam hidup saya memutuskan sesuatu yang di luar keyakinan saya sebagai manusia," kata TGB di Jakarta, Rabu (4/7/2018), membantah tudingan ia mendukung Jokowi karena pernah diperiksa KPK.

Mungkinkah TGB menerima deal politik hendak dijadikan cawapres Jokowi? Kita tidak tahu pasti. Yang pasti, di dunia politik tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan.

Jokowi berkepentingan menggaet suara kalangan muslim, karena selama ini terstigmatisasi komunis dan memusuhi ulama. TGB yang Ketua Alumni Universitas Al Azhar, Mesir, Cabang Indonesia, itu, selama ini diidentifikasi sebagai pelantang suara dan aspirasi umat Islam, sehingga dengan itu Jokowi bisa meredam stigma negatif tersebut.

Jokowi juga berkepentingan menggaet suara masyarakat Indonesia timur, dan itu ada dalam diri TGB. Vox populi vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan.

Bagaimana dengan TGB? Apes-apesnya, bila benar asumsi sementara orang bahwa KPK bisa dikendalikan Presiden, maka pemeriksaan TGB oleh KPK tak akan berlanjut.

Mujur-mujurnya, bika berduet dengan Jokowi, peluang Jokowi-TGB terpilih dalam Pilpres 2019 lebih besar bila dibandingkan jika berduet dengan Prabowo. TBG tentu tak ingin karier politiknya mentok sebatas gubernur.

Seperti politisi lainnya, Ketua DPD Partai Demokrat NTB ini juga punya mimpi menjadi RI-2 bahkan RI-1, dan itu sah-sah saja. Tak masalah jika ia harus dipecat Demokrat gara-gara mendukung Jokowi, sebagaimana JK yang mantan Ketua Umum Partai Golkar itu tak takut dipecat partainya saat mendukung bahkan berduet dengan Jokowi dalam Pilpres 2014, melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang didukung Golkar.

Apalagi posisi wapres 2019-2024 lebih strategis, karena ia bisa lanjut nyapres pada 2024.

Chief Executive Officer (CEO) Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai terbukanya peluang bagi TGB lantaran dia punya potensi mengerek elektabilitas Jokowi.

TGB dianggap dapat menggaet pemilih di wilayah Indonesia timur lantaran pernah menjabat Gubernur NTB dua periode (2008-2013 dan 2013-2018).

TGB juga tokoh Islam yang cukup disegani, karena ia tokoh Nahdlatul Wathan, ormas Islam terbesar di Lombok. Dengan posisinya itu, TGB diprediksi dapat merangkul kalangan muslim. TGB juga dapat menarik suara dari para pemilih Demokrat.

Namun, menurut Djayadi Hanan, ada dua hambatan bagi TGB menjadi cawapres Jokowi. Pertama, TGB bukan satu-satunya tokoh Islam kuat dalam bursa cawapres. Ada pula nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PPP Romahurmuzy.

Ada juga nama eks-Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, bahkan Mahfud dalam survei terakhir masuk dalam jajaran lima besar yang dianggap tepat sebagai cawapres Jokowi. Kedua, partai koalisi pendukung pemerintah belum tentu mau menerima TGB menjadi cawapres Jokowi, karena TGB masih menjadi kader Demokrat yang belum memutuskan dukungannya kepada Jokowi.

Apakah nama TGB yang ada di kantong Jokowi? Hanya Tuhan dan Jokowi sendiri yang tahu.

Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini