Ketiga, dari sisi pegiat kemanusiaan. Gempa Lombok sejak guncangan pertama hingga saat ini, belum tiga bulan berlalu. Keliru kalau kepedulian atas Lombok akan segera berakhir. Selepas tiga bulan, Lombok tidak bisa dibiarkan sendiri.
Sumberdaya Lombok belum bisa normal untuk memulihkan diri. Lombok perlu ditemani dengan pendampingan banyak tangan.
Pemerintah pusat dan daerah harus sanggup memastikan, pemulihan Lombok tidak akan mengubah sendi dasar karakter Lombok; kekuasaan pemerintah digunakan sepenuhnya untuk menjaga keutuhan karakter dan nilai-nilai kultural Lombok.
Bahkan menjadi ruang hebat berkarya kemanusiaan. Yang dulu miskin dan terpinggir, dimuliakan. Yang terabai dan tersubordinasi dimanusiakan dan diperhatikan nasibnya.
Gempa Lombok, momentum adu kesalihan berkarya kemanusiaan. Mengerti pelajaran gempa Lombok, dimaknai dengan amal terbaik membangun Lombok, adu hebat merayu langit dengan semua hal baik yang disukaiNya.
Pegiat kemanusiaan ACT khawatir tidak cukup prima memuliakan shahibul musibah. Semoga semua elemen yang berkiprah merespon gempa Lombok sejalan.
Kami khawatir, alasan menahan status gempa Lombok bukan bencana nasional, tidak memaksimalkan penyelamatan jiwa di Lombok.
Tidak memaksimalkan gerakan kepedulian untuk Lombok.
Akhirnya juga melemahkan upaya lanjut memulihkan Lombok.
Ada fenomena ekstrim: keinginan khalayak berbuat lebih signifikan untuk Lombok berhadapan dengan tetap bertahannya pemerintah menetapkan gempa Lombok bukan bencana nasional.
Gempa terus bersusulan; getarannya sesekali lebih besar. Kecepatan kerusakan melebihi kemampuan membangun. Kalau teguran langit terus diabaikan, berikutnya apa yang bakal terjadi? Maha Penguasa Alam, Maha Tahu yang akan diberlakukanNya.
Salam persahabatan