News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Bola Itu Bulat, Jenderal!

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Mantan Anggota DPR RI/Ketua Pengda PSSI Jawa Tengah/Ketua I PSSI/Pencipta Kompetisi Liga Indonesia Khusus Pemain Non-Amatir.

Oleh: Sumaryoto Padmodiningrat

TRIBUNNEWS.COM - Bushido, berasal dari nilai-nilai moral Samurai, Jepang, sering menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati.

Bila seorang ksatria gagal dalam tugas, ia akan melakukan harakiri atau bunuh diri.

Kini, ketika Edy Rahmayadi “gagal” mengemban amanah sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), akankah ia melakukan “harakiri”? Bagi ER, “harakiri” adalah mundur dari jabatan Ketum PSSI.

Sejak terpilih menjadi Ketum PSSI, 10 November 2016, hingga terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara, 27 Juni 2017, tak ada prestasi membanggakan yang ditorehkan ER, apalagi setelah merangkap jabatan.

Teranyar adalah tersingkirnya Timnas PSSI dari Piala AFF 2018 setelah dikalahkan 0-1 oleh Singapura dan 2-4 oleh Thailand, serta ditahan imbang 0-0 oleh Filipina.

Yang ada justru catatan kelam: sejak ER memimpin PSSI, berdasarkan catatan Save Our Soccer (SOS), sedikitnya 22 suporter meninggal dunia, teranyar Haringga Sirla, Jakmania yang meninggal akibat dikeroyok oknum suporter Persib Bandung menjelang pertandingan Persib Bandung versus Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9/2018).

Desakan agar ER mundur dari Ketum PSSI pun kian menderas, termasuk melalui petisi yang telah ditandatangani lebih dari 60 ribu orang pada September 2018, dan tagar #EdyOut yang viral setelah kegagalan Timnas PSSI di Piala AFF 2018. Namun, mantan Pangkostrad jenderal bintang tiga itu bergeming.

Sebagai mantan perwira tinggi TNI, mestinya ER memiliki semangat Bushido, bukan malah “haus” jabatan. Ketum PSSI dan Gubernur Sumut sama-sama jabatan strategis, sehingga tak bisa dirangkap. ER harus pilih salah satu.

ER mungkin menghadapi buah simalakama, tapi demi bangsa dan negara, simalakama itu harus ia telan. Ibarat poligami, perhatian suami kepada keluarga tentu jauh berbeda dengan yang monogami.

Gusti Randa, komisioner Komite Eksekutif PSSI, pun mengakui sulit berkoordinasi dengan ER yang jarang di Jakarta.

Kalau jabatan gubernur dijalani separuh waktu, tentu rakyat Sumut akan merugi. Bila jabatan Ketum PSSI dijalani setengah hati, rakyat Indonesia pun akan merugi. Jebloknya prestasi Timnas adalah buktinya.

Kini, disadari atau tidak, yang terjadi justru ER sedang menggali liang kuburnya sendiri, bukan demi membela kehormatan sebagaimana harakiri dengan semangat Bushido, melainkan “mati konyol” karena kegagalan mengelola PSSI dan Pemerintah Provinsi Sumut sekaligus.

Kegagalan ini, cepat atau lambat, akan mengantarkan ER ber-“harakiri”.

Tidak itu saja, rangkap jabatan ER juga melanggar Surat Edaran Mendagri No 800/148/sj/2012 tentang Larangan Rangkap Jabatan Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah pada Kepengurusan KONI, PSSI, Klub Sepakbola Profesional dan Amatir, serta Jabatan Publik dan Jabatan Struktural.

Bila ER tak mau mundur, maka bola ada di tangan Mendagri Tjahjo Kumolo, dan juga para anggota PSSI selaku pemilik suara dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.

Bola itu bulat, Jenderal, ia bisa menggelinding ke mana saja, bahkan bisa menjadi bola liar!

Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Mantan Anggota DPR RI/Ketua Pengda PSSI Jawa Tengah/Ketua I PSSI/Pencipta Kompetisi Liga Indonesia Khusus Pemain Non-Amatir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini