Oleh: Alex Palit
Sebetulnya saya ingin meredam diri untuk tidak nulis politik. Tapi begitu membaca ujaran seorang teman jurnalis yang mengomentari pernyataan capres Prabowo Subianto prihal Indonesia akan punah jika dirinya kalah di Pemilu 2019 – dalam sebuah diskusi yang digelar Lembaga Pemilih Indonesia bertajuk “Indonesia Pasca Pemilu, Prabowo Kalah, Indonesia Punah” (21/12), jadi gatal juga untuk meresponnya.
Tapi di sini saya tidak ingin menanggapinya ujaran sang teman jurnalis yang juga aktivis Indonesia Police Watch (IPW) yang dikutif dan dimuat di sebuah media online berjudul “IPW Duga Prabowo Tengah Siapkan Kerusuhan Pasca Pemilu”, yang menurut saya ujarannya itu sudah tendensius dan mengada-ada.
Di sini saya tidak ingin meladeninya. Karena tulisan itu saya anggap sebagai pernyataan yang menjurus trial by the press. Oleh karenanya di sini saya tidak ingin terjebak dalam polemik diskusi pada hal-hal yang sifatnya gagal paham.
Saya bukan relawan Prabowo-Sandi, bukan pula tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Dan dalam konteks ini saya tidak ada urusan dukung-mendukung capres-cawapres. Posisi saya masih posisi netral, swing voters atau undecided voters.
Kebetulan saya di tahun 2014 berteman dengan Prabowo. Malah saya sempat dua kali diundang makan malam bersamanya di Hambalang. Walau sudah lebih empat tahun tidak bersua, tapi yang namanya teman tetaplah teman walau jauh di mata dekat di hati, tidak putus hubungan pertemanan alias unfriend.
Di sini saya hanya mencoba membaca dan menterjemahkan semiotika bahasa tanda dari statement Prabowo itu menurut persepsi atau amatan analisa saya, semoga tokcer!
Di sini saya hanya mencoba menanggapi pernyataan Prabowo prihal Indonesia akan punya dalam perspektif berbeda.
Dengan pernyataannya itu, pastinya Prabowo punya landasan dasar argumentatif, yang kemudian bisa diterjemahkan dan dimaknai multitafsir, tergantung siapa yang menginterpretasikan, apakah semua itu fiksi atau fakta.
Pastinya apa yang disampaikan Prabowo, bukanlah dimaknai secara harafiah Indonesia akan mengalami kepunahan sebagaimana cerita “The Lost Atlantis”.
Apa disampaikan Prabowo Subianto prihal Indonesia akan punah adalah sebuah semiotika yang harus kita baca sebagai bahasa tanda yang harus diterjermahkan secara platis.
Kepunahan Indonesia tidak akan seperti halnya cerita “The Lost Atlantis”. Tapi bukan tidak mungkin kepunahan Indonesia itu akan bisa terjadi manakala kita sebagai bangsa yang gagal, tidak mampu lagi mengelola atau menjaga eksistensi martabat kedaulatan kita sebagaimana amanat “Trisakti – Bung Karno”.
Bukan tidak mungkin Indonesia akan punah manakala “Trisakti – Bung Karno” sudah tergadaikan. Sebagai sebuah bangsa kita tidak lagi memiliki kedaulatan “Trisakti” sebagaimana yang diamanatkan founding father Bung Karno, yaitu kedaulatan politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Di sini saya tidak ingin mengurai atau mengulas apakah itu penjabaran implementasi “Trisakti – Bung Karno”. Atau, di sini saya tidak mempertanyakan apakah hari ini ini kita sudah ber-Trisakti sebagaimana amanat "Trisakti - Bung Karno".
Tapi paling tidak dari jawaban pendek atas Indonesia akan punah ini, pada intinya di sini kita diajak untuk membaca dan merenungkan kembali secara jernih dengan logika akal sehat tanpa pretensi dan kesampingkan dulu kepentingan politik urusan dukung-mendukung kontestasi Pilpres 2019.
Pastinya Indonesia tidak akan punah seperti dalam cerita “The Lost Atlantis”. Justru yang kita takutkan sebagai anak bangsa adalah kedaulatan Indonesia akan punah manakala amanah “Trisakti – Bung Karno” tergadaikan pada cengkeraman kekuatan asing baik secara politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Pada titik inilah Indonesia akan punah, karena kita telah gagal dalam hal menjaga eksistensi, kemandirian, dan martabat kedaulatan sebagai sebuah bangsa lantaran kita sudah bertekuk lutut pada kendali kuasa kekuatan asing.
Justru itu sejatinya yang saya tangkap dari semiotika bahasa tanda pernyataan Prabowo Subianto prihal Indonesia akan punah jika dirinya kalah di Pilpres 2019.
*Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Indonesia “#SelamatkanIndonesia”, seniman bambu unik, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)