Oleh: Alex Palit
Belum lama ini saya jalan-jalan ke toko buku, di antara sekian banyak buku yang dipajang ada dua buku menarik perhatian, yaitu; “Petruk Dadi Ratu” karya Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum, terbitan tahun 2014, dan satunya lagi “Misteri Ratu Adil” karya Agustina Soebachman, terbitan tahun 2013.
Kalau dilihat tahun penerbitan, pastinya buku punya nilai baca atau nilai jual, karena masih bisa bertengger terpajang di toko buku terkemuka, karena kalau tidak pasti ditarik masuk gudang.
Dan menurut saya, buku terbitan tahun 2013 dan 2014 cetakan pertama ini masih punya nilai baca. Malah menurut saya, kedua buku ini cukup menggelitik ditelaah terhubung dengan realitas politik saat ini jelang digelarnya kontestasi suksesi kepemimpinan Pilpres 2019.
Tapi di sini saya tidak ingin meresensi kedua buku tersebut. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya bahwa penulis buku ini telah menyajikan sebuah paparan yang sangat menarik dan gamblang prihal“Petruk Dadi Ratu” dan “Misteri Ratu Adil”.
Malah menurut saya kedua buku ini layak dibaca sebagai bahan telaah dan renungan terhubung dengan situasi kondisi realitas politik saat ini jelang gelaran Pilpres 2019.
Di tengah gelanggang politik kontestasi Pilpres 2019 yang dipenuhi teaterikal akrobatika euforia pencitraan, justru dari buku terbitan tahun 2013 dan 2014 – cukup dari judul bukunya saja – kita diajak membaca dan menyandingkannya dengan potret realitas politik hari ini.
Petruk Dadi Ratu
Prihal tema “Petruk Dadi Ratu”, saya pun kembali diingatkan pada artikel berjudul “Ketika Petruk Dadi Ratu” yang saya tulis jelang Pilpres 2014.
Di mana tulisan itu diilhami oleh lagu berjudul “Petruk Dadi Ratu” yang dinyanyikan oleh Mus Mulyadi.
Liriknya lucu tapi makjleb; Jreng jreng jreng jreng / Petruk dadi ratu / Nyangga pincuk udut crutu / Dewa dewa bingung / Petruk ngaji mumpung / Jreng jreng jreng jreng... /Petruk dadi ratu / Nyangga pincuk udut crutu / Dadi ra karuan / Ilange tatanan / Jreng jreng jreng jreng...
Saya tidak tahu siapa pencipta lagu ini, tapi saya menyakini bahwa proses penciptaan lagu ini inspirasinya disadur dari kisah lakon wayang “Petruk Dadi Ratu”, yang kemudian juga dijadikan lagu dinyanyikan Mus Mulyadi.
Kalau kita baca dari referensi yang ada, intisari cerita lakon “Petruk Dadi Ratu” menyiratkan sebuah pesan di mana ketika sebuah negeri diserahkan dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya.
Disebutkan, Petruk yang tidak memiliki watak dan dasar kepemimpinan yang baik, entah karena mengaku mendapat wangsit dari dewa atau lantaran dicitrakan oleh pencitraan, akhirnya Petruk yang sejatinya seorang punakawan dinobatkan menjadi raja.