Laporan Egy Massadiah dari Sentani Papua
TRIBUNNEWS.COM - Pada 31 Maret 2019, menjelang siang.
Usai menyapa dan berdialog dengan sejumlah pengungsi korban banjir Bandang di GOR Towari, saat melintas di tepian Danau Sentani, tepatnya di Desa Ase Kecil Kampung Telaga Maya, Sentani Kab Jayapura, tiba tiba Letjen Doni meminta iring iringan rangkaian pengawalan rombongan BNPB berhenti.
Doni langsung turun dan menyalami seorang ibu separuh baya dan berbincang.
Di atas rumah panggung yang terendam air Doni kemudian membujuk ibu itu untuk mau pindah.
Lalu apa kata sang ibu?
"Sudah tidak usah pindah pindah, kami dari dulu sudah disini. Mata pencaharian kami di sini, keluarga kami di sini, " kata sang ibu dengan aksen Papua yang kental.
Usai mengulurkan tangan bersalaman dan pamit, mantan Danjen Kopassus itu melangkah ke sebuah arah melewati rumah sang ibu.
Baca: Kepala BNPB Kunjungi Korban Banjir Bandang Sentani
Kepada Harmensyah Deputy BNPB bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Doni meminta "tipikal" korban terdampak seperti itu dicarikan solusi agar rumahnya ditinggikan dari posisi air.
Harmensyah sang Deputy mengangguk paham.
Sekitar 50 an meter dari tempat sang ibu, langkah Sesjen Wantanas ini kemudian terhenti.
Sebuah genangan air bening dengan gelembung gelembung kecil menyita perhatiannya.
Segera Doni mendekat. Ada raut bahagia di wajahnya, meski terik Sentani lumayan menyengat.
"Allah menunjukkan jalannya. Ada sumber air potensial di sini, pasti sangat bermanfaat untuk rakyat, " ungkap Doni.
Kurang dari dua jam lulusan akmil 1985 sudah memerintahkan aparat Kodim dan Korem setempat bergotong royong memasang bronjong dan meletakkan batu batuan guna membuka akses ke titik mata air.
Keesokan harinya, kurang dari 24 jam, infrastruktur sederhana itu pun terwujud. Ditemani menteri PUPR Basuki, Kepala BNPB Doni menengok mata air temuannya.
Doni lalu mengajak Basuki untuk membasuh muka dengan air bening nan segar itu.
"Ayo pak menteri kita cuci muka di sini, " kata Doni sambil mempersilahkan Basuki.
Doni sungguh berbahagia. Tangan Tuhan menggiring langkahnya untuk berhenti menemui seorang korban dan ternyata tak jauh dari tempat itu ia menemukan mata air alami.
Air bersih layak konsumsi adalah kebutuhan mendasar bagi warga.
Menanam banyak pohon yang memiliki kemanfaatan sebagai sumber cadangan air adalah hal mutlak, tentu diikuti dengan tidak lagi sewenang wenang menebang pohon.
Mewarisi kearifan lokal masing masing daerah adalah solusi konkret menjaga dan merawat alam. Reboisasi dan Reforestasi juga merupakan Aksi Bela Negara serta aksi bela alam.
Sambil menikmati ikan bakar di sebuah restoran di tepi laut Jayapura, seseorang bertanya kepada Letjen Doni: Bagaimana caranya kok bisa ia menemukan mata air itu?
"Doa kita semua dikabulkan, saya mencarinya bukan dengan mata yang di kepala, tapi dengan mata hati, " katanya bersoloroh.
Kita jaga alam, alam jaga kita!