News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

KH Imam Jazuli Ulas Manhaj Dakwah UAS Dan Kaum Sofis Athena

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH Imam Jazuli menyampaikan sambutan di acara Haul KH Anas Sirajuddin

*Oleh: KH. Imam Jazuli

Ustad Abdul Somad (UAS) selalu mengingatkan pada golongan Sofis di Athena, Yunani, Abad 5 SM. Debat-debat filsafat dan pemikiran yang mereka perkenalkan hanya untuk mencari kemenangan. Sejak kaum Sofis muncul, sejak itu pula relativisme mulai dikenal. Kebenaran tidak harus milik bersama, di mana individu dan kelompok dapat menyimpannya untuk kalangan terbatas.

Metode (manhaj) dakwah UAS, sebagaimana kaum Sofis, adalah metode yang panas.

Konten-konten yang dipropagandakan juga panas; penggemar K-Pop dan drama Korea kafir, Patung Salib dihuni jin kafir, dan yang terakhir memanas adalah seruan pergi berjihad ke Wamena, Papua.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua, KH. Syaiful Islam al-Payage, mendorong umat muslim menahan diri untuk tidak pergi berjihad ke Papua.

Kaum Sofis Athena tidak saklek dalam menyebarkan ajaran. Kadang kala mereka menggunakan humor-humor yang memikat dan mengelabui kesadaran publik. Dalam sebuah perdebatan terbuka, kaum Sofis mempertanyakan bolehnya berdusta.

Berdusta boleh dilakukan karena orang berdusta tidak mengada-ada, tetapi hanya sedang berbicara perkara lain yang berbeda.
Sebagaimana kaum Sofis, UAS memisahkan kebenaran dari kebenaran lain.

Ada konten-konten ceramah yang hanya untuk konsumsi terbatas, ada pula yang menang dipersiapkan untuk publik. Sehingga jika tanpa sengaja kebenaran yang limited-edition ini bocor ke publik maka itu kesalahan yang tidak disengaja. Yang salah bukan pada diri UAS, tetapi pihak yang mengupload dan membocorkannya. UAS tidak sudi minta maaf.

Pembatalan Sepihak Panitia
Publik luas mengerti kaum Sofis Athena sulit dilawan. Mereka kaya logika dan lihai bermain kata-kata. Sokrates, Plato, dan Aristoteles menolak Sofis karena mengajarkan relativisme.

Karenanya, pembatalan sepihak oleh panitia acara tabligh akbar dan ceramah keagamaan UAS masih dapat dimengerti.

Ceramah keagamaan UAS ditolak di mana-mana; Semarang, Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri, dan yang terbaru adalah pembatalan kegiatan tablighnya di Yogyakarta dan Belanda (Utrecht, Den Haag, dan Amsterdam).

Pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak berkenan Masjid Kampus digunakan sebagai tempat dakwah UAS.

Pembatalan sepihak oleh panitia mengecewakan kubu supporter UAS.

Tuduhan miring bersliweran di media online. Salah satunya mengatakan, siapapun yang gigih menentang UAS dipastikan adalah kubu Jokowers.

Kaum Sofis Athena memang “raja logika” dan melalui kata-kata mereka mampu menciptakan kekhawatiran publik. Termasuk sekarang, apakah benar jika saya tidak berkenan model panas dakwah UAS secara otomatis saya adalah pendukung Jokowi?
Pembatalan sepihak oleh UGM terhadap acara UAS berkaca pada fakta sejarah.

Kampus-kampus besar di Jawa Barat menjadi pos-pos penyebaran paham-paham radikal. Masjid-masjid sejak dahulu memang jadi main-target pembibitan paham radikal.

Rekrutmen anggota-anggota baru gerakal radikal disetting menyasar mahasiswa.
Status kedosenan UAS bukan jaminan konten ceramahnya berbobot ilmiah. Sebaliknya, melihat jejak digital dan perjalanan karier UAS hingga tenar seperti sekarang, konten ceramahnya selalu panas karena berbobot ideologis. Tidak heran sekali pun UAS dosen, pada detik-detik menjelang Pilpres kemarin, ia memerankan diri sebagai dukun-spiritual kemenangan kubu Prabowo.

Manhaj Dakwah Aswaja
Pembatalan sepihak oleh UGM, Pondok Pesantren Al-Achsaniiyah Kudus, panitia Belanda (Utrecht, Den Haag, Amsterdam) adalah jawaban atas sofisme UAS. Jalan manhaj dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) bukan untuk mendorong kontroversi, kericuhan, kebencian, dan memancing perpecahan. Sebaliknya, prinsip dakwah Aswaja adalah tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (adil).

Moderat dan toleran dibutuhkan, misalnya, karena bangsa yang hidup di negeri ini heterogen-majemuk-plural. Perhatikanlah bagaimana para Wali Songo mendakwahkan Islam di Tanah Jawa; Sunan Kalijaga menggunakan media wayangan, Sunan Bonang menggunakan media gendingan, Sunan Kudus melarang korban sapi demi menghargai kebudayaan Hindu.

Bahkan, Syeikh Siti Jenar dan Syeikh Mutamakkin menggunakan filsafat esoteris untuk mengimbangi perkembangan filsafat Jawa.

Grusa-grusu, tidak seimbang dan tidak adil, bukan manhaj dakwah Aswaja. Umat muslim tahu betul manhaj dakwah Khawarij yang haus darah, Murji’ah yang liberal ekstrim, dan lainnya dalam sejarah. Tetapi, mencontoh semua itu tidak cocok untuk bangsa kita yang adem ayem, guyub rukun, dan tidak mudah panas hati panas kepala.

Perhatikan pula perilaku ulama-ulama Nusantara kita dalam mengaji dan membahas persoalan agama. Dengan seruputan kopi pahit dan semburan asap rokoknya, mereka santai, kalem, tapi mencapai kedalaman pemikiran. Tidak gampang sakit hati dan panas kepala, tapi mereka mampu menerima perbedaan, keragaman, dan pro-eksistensi. Tetapi, sejak kaum Sofis ini bangkit, mengajarkan relativisme, dan suka memaksakan kehendak, semua hancur berantakan.

*alumni Universitas al-Azhar; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia; Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah; Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Periode 2010-2015.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini