Oleh: Mohammad Sheikhi
Mengikuti kenaikan harga BBM pada tanggal 15 November lalu dan penjatahan yang tidak terduga diumumkan oleh pemerintah, protes pecah di seluruh Iran dan ditolak warga negara Iran di berbagai wilayah. Jumlah orang yang diyakini telah tewas antara 15 dan 18 November telah meningkat menjadi setidaknya 304 dan ribuan lainnya terluka, begitu versi Amnesty International pada tanggal 16 Desember, berdasarkan laporan yang dapat dipercaya yang diterima oleh organisasi.
Angka sebenarnya cenderung lebih tinggi. Menurut Seyed Hossein Naghavi Hosseini, salah satu anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majelis Permusyawaratan Islam sekitar 7.000 orang ditangkap dalam demonstrasi ini.
Sebagai bagian dari sistem penjatahan baru, para pejabat pemerintah mengumumkan setiap mobil pribadi akan diizinkan hingga 60 liter benzin per bulan dengan kenaikan harga 50% dan untuk setiap benzin yang dibeli di atas kuota dengan kenaikan harga 300%.
Sementara protes telah nampak menjadi reaksi terhadap ekonomi dari keputusan tersebut, protes ini sangat berbau politik, sejauh ini para pendemo berteriak “Kami tidak menginginkan Republik Islam”.
Juga sejak Sabtu malam tanggal 16 November, layanan internet dan telepon seluler di Iran telah terhambat kurang lebih selama dua minggu. Inilah beberapa poin penting tentang protes ini yang perlu diperhatikan.
Pertama, sementara pemerintah telah menyatakan tujuan terpentingnya adalah mereformasi harga BBM dan mencegah penyelundupan BBM ke luar negeri, mengurangi subsidi untuk masyarakat berpenghasilan tinggi.
Tetapi banyak ahli ekonomi, walaupun mengakui perlu melakukan, dan bahkan percaya bahwa reformasi ini seharusnya terjadi lebih cepat, mengkritik bagaimana mereka melakukannya dan laju kenaikan harga BBM Kritik utama mereka adalah dampak kenaikan harga BBM terhadap kenaikan inflasi di ekonomi Iran saat ini.
Karena hampir semua harga barang dan jasa dalam perekonomian Iran sangat bergantung pada harga bahan bakar minyak. Namun, lebih dari dua minggu setelah keputusan pemerintah Iran ini dimulai, kenaikan harga BBM hampir menyebabkan kenaikan harga banyak barang dan jasa, dan persetujuan pemerintah untuk mengendalikan pasar tidak mencegah efek ini.
Sebaliknya, pemerintah telah menyatakan bahwa manfaat kenaikan harga BBM akan dikembalikan kepada populasi berpendapatan rendah sebagai subsidi langsung.
Tetapi efek nyata dan psikologis dari kenaikan harga bensin terhadap komoditas lain tampaknya tidak dapat diubah dengan subsidi langsung.
Di sisi lain, para kritikus percaya bahwa alasan utama untuk naiknya harga BBM dalam situasi saat ini adalah defisit 30% anggaran tahunan negara akibat sanksi AS.
Yang kedua, Protes ini seperti protes tahun 2017-2018, dibentuk atas dasar keprihatinan ekonomi dan mata pencaharian, sebagian besar terjadi di daerah kumuh pinggiran kota-kota besar.
Menurut juru bicara Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majelis Permusyawaratan Islam, sebagian besar dari mereka yang ditangkap adalah pengangguran dan memiliki pekerjaan berpenghasilan rendah dan berpendidikan rendah.