(7) pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk peningkatan rantai nilai ekonomi; serta
(8) peningkatan pemanfaatan produk kelapa sawit sebagai energi terbarukan dalam rangka menjaga ketahanan energi.
Berbagai langkah riil pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan dan capaian keberhasilannya terhadap pelestarian lingkungan perlu juga disosialisasikan kepada dunia seperti di dalam WTO sebagai justifikasi langkah-langkah konkrit Indonesia atas kepeduliannya terhadap lingkungan dan ketahanan energi melalui industri kelapa sawit.
Pendekatan konstruktif melalui diplomasi bilateral dengan negara-negara Uni Eropa juga diperlukan untuk meredakan ketegangan perang dagang dengan mengedepankan asas kepentingan bersama dan saling menghormati antar entitas negara.
Bagaimana pun Indonesia hingga saat ini masih menggantungkan komoditas ekspor kelapa sawitnya ke Uni Eropa, begitu pula dengan Uni Eropa masih bergantung pasokan nikel dan mineral lainnya dari Indonesia untuk pengolahan industri baja mereka.
Diplomasi dengan semangat solusi jalan tengah perlu dikedepankan sebelum perang dagang makin berlarut-larut dan hanya membuat pihak-pihak yang bertikai semakin babak belur, sebab kunci untuk survive di era revolusi industri 4.0 yang sangat dinamis saat ini adalah mampu berkolaborasi dengan siapa pun, sesuai kata pepatah: “satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit”.
*) Ratnadi Hendra adalah Mahasiswa Magister Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia