News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Memahami Kerusakan dan Perkuat Optimisme

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo

Lindungi Masyarakat
Dengan begitu, mudah untuk dipahami bersama kalau ancaman penyebaran Virus Corona tak hanya merusak kesehatan manusia, tapi juga  memporakporandakan bangunan ekonomi, baik ekonomi skala nasional maupun ekonomi skala global.
Kerusakan di sektor ekonomi menjadi sebuah konsekuensi logis, predictable dan sekaligus menjadi kecenderungan yang mudah untuk dipahami bersama pula.

Pada saat-saat seperti ini, setiap komunitas dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah karena harus ada yang dikorbankan.  Kerja keras membatasi penyebarluasan wabah nCoV-19 otomatis menuntut pengorbanan dari sektor lain, termasuk sektor ekonomi dan semua sub-sektornya. 

Baca: Bagaimana Kondisi Dokter Handoko Gunawan? Ini Potretnya di Balik Ruang Isolasi, Tersenyum Lebar

Saat ini, banyak negara, termasuk Indonesia, tidak hanya sekadar melakukan pembatasan atau lockdown, tetapi juga harus mengeluarkan anggaran ekstra – yang tidak diprediksi atau dialokasikan sebelumnya – semata-mata untuk melindungi semua warga negara dari kemungkinan tertular nCoV-19.

Tak hanya alokasi anggaran, bahkan waktu, tenaga serta pikiran seluruhnya fokus pada upaya cegah tangkal penyebarluasan wabah nCoV-19. Dan, sudah terbukti bahwa upaya komprehensif untuk cegah tangkal itu ternyata sangat tidak mudah. Lihatlah buktinya.

Hanya dalam hitungan dua-tiga minggu sejak kasus pasien positif Covid-19 terdeteksi di Depok, total pasien Covid-19 di dalam negeri pada pekan kedua Maret 2020 sudah berjumlah 450 pasien dan tersebar di 16 provinsi.

Baca: Gejala dan Ciri Corona, Kehilangan Indra Perasa & Penciuman Bisa Jadi Tanda Ada Covid-19 di Tubuh

Pada saat yang sama, semua kepala pemerintahan bersama jajaran menteri ekonomi juga bekerja ekstra keras agar kinerja perekonomian negara tidak lumpuh. Alih-alih memacu pertumbuhan ekonomi sesuai target yang telah diproyeksikan, mencegah kerusakan di sejumlah sektor pun menjadi pekerjaan tidak mudah.

Kerusakan di sektor pariwisata, jasa penerbangan dan hotel sangat nyata. Begitu juga di sektor perdagangan antar-negara (ekspor-impor). Kerusakan di sektor ekonomi saat ini bahkan sudah memunculkan perkiraan tentang potensi resesi ekonomi global.

Dalam situasi seperti sekarang, yang bisa dilakukan setiap negara adalah menerapkan sejumlah kebijakan stimulus agar perekonomiannya tidak mengalami kerusakan yang kelewat serius. Langkah yang sama juga dilakukan Indonesia.

Sejumlah pihak sering menggambarkan kerusakan ekonomi Indonesia dari gambaran fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca: Soal Rapid Test Corona Bersamaan Tracing Kasus, Achmad Yurianto: Hasil Negatif Belum Tentu Sehat

Kalau nilai tukar saat ini sudah menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS, depresiasi rupiah seperti itu sejatinya predictable, karena para pengelola dana (fund manager) menggeser penempatan dana ke negara-negara yang perekonomiannya relatif belum mengalami kerusakan akibat wabah nCoV-19.

Sangat disayangkan karena ada saja pihak yang terus mendramatisasi fluktuasi nilai tukar valuta. Padahal dramatisasi seperti itu berpotensi menambah rasa takut masyarakat. Hal-hal seperti ini tak patut dilakukan ketika sebagian besar masyarakat masih diselimuti gelisah dan cemas oleh pandemi virus corona.

Sejumlah indikator ekonomi, seperti nilai tukar valuta, indeks harga saham gabungan hingga harga energi seperti minyak dan gas, memang harus dipublikasikan secara berkelanjutan untuk diketahui publik.

Baca: Bayi 1,5 Tahun Ditemukan Tewas di Kota Xiaogan yang Di-lockdown Pemerintah, Diduga karena Kelaparan

Namun, publikasi indikator-indikator ekonomi itu hendaknya tidak didramatisasi untuk tujuan membuat publik takut. Jangan lupa bahwa dalam konteks gejolak ekonomi, situasi seperti sekarang bukan pengalaman pertama bagi Indonesia.

Beberapa dekade lalu, Indonesia juga pernah menghadapi gejolak dan krisis ekonomi. Namun, sudah terbukti bahwa perekonomian negara tidak hancur. Dengan kebersamaan dan kerja keras, perekonomian Indonesia bisa pulih.

Baca: Amerika dan China Berdebat Soal Asal Mula Covid-19

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini