Sehingga bukan mungkin bahwa kondisi yang kita alami hari ini adalah buah politisasi yang kita petik dari apa yang kita tanam.
Adalah saatnya bagi kita – utama bagi elit politk atau pemimpin – untuk merenungkan kembali ngaji roso – ngaji diri, termasuk ngaji “mikul duwur mendem jero”. Setidaknya dengan ngaji roso – ngaji diri dari ayat-ayat alam pusaka ini bambu kurung “mikul duwur mendem jero” ini membentuk jiwa kita untuk menjadi lebih baik, dan menghindari diri sifat yang tercela.
PAGAR GHOIB
Sebagai pusaka alam, ada yang meyakini bambu unik ini memiliki tuah atau energi alam bawaan alami. Begitu halnya dengan bambu kurung ini diyakini memiliki kegunaan sebagai perisai, utamanya perisai pagar ghoib. Bahkan disebutkan, bambu kurung ini memiliki tuah untuk pagar ghoib penangkal bagi yang mau niat jahat baik zhohir maupun batin atau energi negatif lainnya yang tak kasat mata.
Pastinya semua itu berpulang kembali pada masing-masing orang yang meyakini, believe it or not. Termasuk dalam memaknai dari apa yang tersurat dan tersirat dari ayat-ayat alam pusaka tongkat bambu kurung “mikul duwur mendem jero” ini.
Tapi setidaknya di sini kita diajak untuk membaca, mengagumi tanda-tanda kebesaran alam, sekaligus menjadi bukti atas kebesaran Sanghyang Khaliq – Tuhan Semesta Alam kendati lewat sepotong bambu.
Manusia tidak akan mampu menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi cukup dengan mentafakuri.
Lewat tanda-tanda kebesaran alam walau hanya dari sepotong bambu ini akan semakin menebalkan iman dan keimanan juga ketakjuban kita akan kebesaran Sanghyang Khaliq – Tuhan Semesta Alam sebagai Sang Maha Pencipta. Lahawla wa laa quwwata illa billah, tak ada yang tak ada atas kehendak kuasaNya.
Dengan segala ikhtiar dan doa, semoga pageblug wabah virus corona segera berlalu dan berakhir... Amin!!!
*Alex Palit, citizen jurnalis, pengaji deling, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)