News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Catatan KH. Said Aqil Siroj: Bertauhid di Zaman Ujian

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketum PBNU Said Aqil Siradj

Bayan dan Kasyaf melimpah ruah, unlimited, dan sering membuat manusia mengalami kebingungan ilahiah (hairoh). Dalam kondisi hairoh tersebut, bayan dan kasyaf menghilang. Sifat-sifat dan Asma Allah tidak muncul lagi. Perhatian utama bagi hati sang hamba hanya Dzat Allah semata.

Imam Junaid al-Baghdadi menyebut kondisi Hairoh ini sebagai tadhmahillu fihi al-rusum wa al-‘ulum wayakunu Allah ta’ala lam yazal. Yaitu, meleburnya segala bentuk dan segala pengetahuan (kesadaran). Yang ada hanya Allah selama-lamanya.

Dalam kondisi yang melebur itu, seseorang memahami Haqiqotul Wujud dan menyaksikan Haqiqotus Syuhud. Dua istilah ini menggambarkan tentang pemahaman seseorang mengenai realitas dengan benar, dan menyaksikan kebenaran itu tunggal.

Haqiqotus Syuhud membuat manusia tidak terjatuh ke jurang kesalahan dalam memahami kehidupan. Di kehidupan ini, mereka khudur (hadir) bersama Allah. Kebersamaan yang menghilangkan kemampuan membedakan antara jiwa dan raga, dan perubahan-perubahan yang menimpa, baik dari internal maupun eksternal. Al-rusum dan al-‘ulum telah lebur, sirna, muspra.

Perjalanan tauhid ini begitu panjang. Tetapi digambarkan sederhana oleh Imam Junaid al-Baghdadi sebagai "al-khuruj min dhaiqi rasuli al-zamaniyah ila sa’ati fana’i as-sarmadiyah." Yakni, keluar dari temporalitas yang sempit menuju keabadian fana’ yang luas.

Sesuatu yang temporal (berubah-ubah) banyak macamnya, seperti perasaan susah dan senang, kondisi sehat dan sakit, rasa kecewa dan kepuasan syahwat, pengetahuan dan kebodohan, dan seterusnya. Tauhid itu, bagi Imam Junaid, jalan pembebasan dari temporalitas.

Wabah corona, misalnya, bagian dari temporalitas. Jadi, wabah ini pasti berlalu, entah cepat atau lambat. Karenanya, mampu keluar dari perasaan takut, khawatir, dan cemas berlebihan akan perkara temporal adalah bagian dari cara bertauhid yang benar. Sebaliknya, terjebak dalam kurungan temporalitas dapat menggoyahkan iman.

Sudah saatnya kita semua selalu memohon taufiq dari Allah, agar hati kita dibimbing pada tauhid dan iman yang benar, termasuk dianugerahi ketenangan hati, kebahagiaan, kesehatan, kepuasan menerima kenyataan, dan kesejahteraan lahir-batin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini