Oleh Egy Massadiah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sulit percaya untuk menerima kenyataan bahwa Didi Kempot telah berpulang, Selasa (5/5/2020) pagi.
Betapa tidak, di tengah kesibukan menangani amuk virus corona, setidaknya dalam tiga hari terakhir, nama Didi Kempot selalu jadi salah satu topik pembicaraan Letjen Doni Monardo.
Apa pasal, nama Didi Kempot memenuhi hari-hari Doni Monardo ?
Bermula dari kedatangan tim kreatif yang mengusulkan penggunaan jingle lagu bagi kepentingan sosialisasi Covid-19, termasuk imbauan untuk tidak mudik di Lebaran mendatang.
Baca: Yan Vellia Bagikan Isi Pesan Didi Kempot Sebelum Meninggal, Bukti Perlakuan Sang Maestro ke Keluarga
Di ruang multimedia lantai 10 Graha BNPB sore itu, bermunculan ide.
Selain Doni Monardo yang antusias diskusi, wartawan senior Tommy Suryo Pratomo, serta sejumlah anggota Gugus Tugas dan tim kreatif.
Salah satu usulan adalah lagu “Garuda di Dadaku” tetapi diubah liriknya.
Ada yang setuju, tapi ada yang menolak.
Yang setuju beranggapan, lagu itu sudah sangat populer.
Sedang yang menolak, beralasan, itu lagu “trade mark” milik suporter sepakbola.
Baca: Fakta Baru soal Didi Kempot, Nama Dionisius Prasetyo Diperbincangkan, Jadi Mualaf Sejak Tahun 1997
Tidak tepat, dan terlalu dipaksakan.
Lalu, muncul gagasan untuk meminta bantuan The Godfather of Broke Heart, Lord Didi Kempot.
Begitu muncul nama Didi Kempot, seisi ruang hening sejenak, ada yang saling pandang, semua seolah mengekspresikan kesadarannya yang baru datang setelah pergi entah kemana.
“Oh iya.... Kenapa tidak pakai Didi Kempot saja? Bagus itu,” suara sebagian orang hampir bersamaan.