News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Sejarah Manusia

Apakah Manusia Purba Jawa Sudah Mampu Berbahasa?

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum Manusia Purba Sangiran dengan tema The Homeland of Java Man resmi diselenggarakan di Sadira Plaza Pekanbaru, Rabu (1/11/2017). Pameran yang menampilkan patung rekonstruksi Homo Erectus, fosil manusia dan berbagai hewan purba ini akan digelar hingga tanggal 5 November 2017 mendatang. Kota Pekanbaru merupakan satu dari lima Kota di Indonesia yang disinggahi dalam pameran yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran tersebut. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY

Organ ini terbuat dari otot, dan bagian bawah bercabang menjadi dua saluran yang lebih kecil, yakni esofagus atau kerongkongan dan laring.

Organ ini merupakan bagian dari sistem pernapasan sekaligus sistem pencernaan. Bagian teratasnya adalah nasofaring, berikutnya orofaring dan terbawahnya hipofaring atau laringofaring.

Nasofaring dan laringofaring merupakan bagian dari sistem pernapasan, sedangkan orofaring berperan pada sistem pencernaan maupun pernapasan.

Di sini tentu tidak mengesampingkan aparatus-aparatus tutur/ bahasa, antara lain mulut, gigi-geligi, palatum, bibir, lidah dan hidung.

Dengan kondisi itu kita dapat mendeskripsikan Homo erectus masih sangat terbatas berbahasa oralnya.

Komunikasi mereka menggunakan bahasa oral dengan masih banyak bantuan bahasa isyarat. Guru saya, Prof T Jacob menyebut Homo erectus Jawa masih dalam kemampuan protobahasa.

Secara berseloroh saya dapat mengatakan Homo erectus itu sedikit bicara banyak kerja; sebaliknya Homo sapiens seperti kita makin banyak bicara sedikit kerja.

Jadi saat ini tidak perlu heran jika di antara kita makin suka nyerocos, nyinyir, orasi berbusa-busa, berteriak-teriak demontratif.

Bahkan deklamasi panjang-lebar di depan khalayak, karena itu produk dari evolusi manusia, dan penanda Homo sapiens.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini