BERDASARKAN DATA Ikatan Dokter Indonesia (IDI), hingga 13 September 2020, sudah ada 115 dokter meninggal terpapar Covid-19.
Puluhan perawat yang juga bertumbangan. Banyaknya tenaga medis yang berguguran, membuat pengusaha sekaligus Founder JHL Group, Jerry Hermawan Lo prihatin.
Dia mengaku merasa terpukul ketika mendengar kabar dokter-dokter dan tenaga medis bertumbangan hari demi hari.
“Saya sangat sedih mereka gugur dalam menjalani tugasnya di tengah pandemi,” ungkap Jerry Hermawan Lo.
Nah, yang membuat Jerry semakin bersedih adalah ketika mendengar kabar para tenaga medis yang diusir dari rumah kos atau kontrakannya.
Tenaga medis itu diusir lantaran pemilik kontrakan atau warga sekitar khawatir akan tepapar.
“Padahal mereka (dokter dan perawat) sudah berjuang sepenuh hati,” jelasnya.
Karena itu, Jerry mengusulkan ke pemerintah untuk memperbanyak tempat tinggal yang layak sesuai dengan protokol Covid-19 bagi para tenaga medis yang membutuhkannya.
“Itu (tempat tinggal layak) sangat penting untuk mereka,” katanya.
Memang, seharusnya tenaga medis untuk sementara tidak serumah dengan keluarga. Apalagi belakangan ada kluster keluarga.
“Jadi terkadang hal sepele, bisa berakibat fatal,” tandasnya.
Tingginya jumlah tenaga medis yang terpapar juga disebabkan kurangnya alat pelindung diri (APD) untuk mereka. Dalam persoalan ini, Jerry tak berdiam diri.
Dia ikut membantu pemerintah memberikan ribuan alat pelindung diri kepada para medis melalui posko Merah Putih Kasih Foundation (MPKF) Peduli.
“Kita harus memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada para medis. Terutama bagi mereka yang gugur,” ujar pengusaha Tangerang yang dikenal memiliki jiwa sosial tinggi ini.
Bahkan Jerry mengusulkan kepada pemerintah untuk menganugerahi piagam atau tanda penghargaan “Pahlawan Kemanusiaan” kepada para dokter dan tenaga medis.
“Piagam penghargaan ‘Pahlawan Kemanusiaan’ ini harus diberikan kepada dokter dan tenaga medis yang gugur maupun yang sampai sekarang masih bertugas dan berjuang dengan tulus,” kata Jerry.
“Jasa mereka semua sangat besar untuk kemanusiaan,” imbuhnya.
Memang itu piagam itu bisa jadi sebuah kertas belaka, tapi kata Jerry, itu akan membuat tenaga medis merasa sangat dihargai dan dicintai oleh masyarakat dan khususnya oleh pemerintah.
Bahkan, piagam tersebut bisa menjadi tanda kebanggan untuk keluarga hingga anak cucu para tenaga medis.
“Jika nanti pandemi ini sudah berakhir, harus ada monumen yang mencatatkan nama-nama dokter dan tenaga yang gugur. Jasa-jasa mereka harus kita ingat selamanya. Sampai anak cucu kita!” kata Jerry.
Namun balik lagi, Jerry mengatakan, semua keputusan ada di tangan pemerintah. Masyarakat hanya bisa memberi masukan, saran, dan mentaati aturan yang ada.
“Ini semua demi kebaikan diri sendiri dan bangsa,” tuturnya.