Lain gempa dan tsunami, lain pula banjir dan longsor. Wilayah Sulawesi Utara memiliki setidaknya enam kabupaten/kota yang rawan banjir dengan kelas bahaya kategori “tinggi”.
Keenam daerah itu masing-masing: Bolaang Mongondow, Minahasa, Kepulauan Sangihe, Bolaang Mongondow Utara, Minahasa Tenggara, dan Kota Manado.
Tanggap akan kondisi itu, Doni Monardo menyatakan, “Saya akan memberi bibit vetiver untuk ditanam di daerah-daerah yang rawan longsor. Selain itu, saya juga akan sumbangkan lima-ribu bibit pohon langka palaka. Itu pohon langka sekali, Pak Gubernur tidak akan dapat di tempat lain, tapi tolong ditanam, dirawat jangan sampai mati. Kalau mati, saya denda satu juta per pohon yang mati,” kata Doni Monardo disusul tawa, sekaligus tepuk tangan hadirin.
Dua jenis tanaman (vetiver dan pohon palaka) sangat ampuh mencegah longsor. “Pohon ini (palaka) saya temukan di Seram, Maluku. Di sana ada palaka berusia ratusan tahun. Tingginya lebih dari 50 meter. Lingkar pangkal pohonnya seukuran tiga puluh prajurit bergandengan tangan. Kokoh di segala jenis tanah, berusia hingga ratusan tahun, dan sangat efektif mencegah longsor,” papar mantan Pangdam XVI/Pattimura (2015-2017) itu.
Tak hanya mencegah longsor, palaka juga termasuk jenis pohon yang mampu menahan gelombang tinggi tsunami, selain jenis pohon lain seperti mangrove, cemara udang, ketapang, dan beringin.
“Saya menargetkan menanam 40.000 pohon palaka di daerah-daerah rawan. Beberapa provinsi lain sudah saya janjikan bibit pohon langka ini. Sekarang saya tambah lagi untuk Sulawesi Utara,” kata Doni, lagi-lagi disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Atas “anomali” Doni Monardo siang itu, saya bersama Plt Deputi 3 Dodi Ruswandi dan Koorspri Kolonel Czi Budi Irawan yang mengikuti rapat saling lempar pandang.
Setengah berbisik, Dodi Ruswandi berujar “Point penting ini... setelah sekian lama tidak bicara pohon, di Manado Pak Doni kembali ke khittah.... Khittah pohon....” Mendengar itu, kami semua tertawa. Tentu tawa lirih.
Persepsi Keliru Covid-19
Memasuki bulan ketujuh pandemi Covid-19, Doni memprihatinkan masih besarnya angka masyarakat yang tidak percaya bakal terpapar virus corona.
Menurut survei BPS, 17 dari 100 responden menyatakan “sangat tidak mungkin” dan “tidak mungkin” terinfeksi/tertular Covid-19.
Doni memaparkan pula data yang perlu dicermati. Bahwa persentase terbesar masyarakat yang tidak percaya bisa terpapar Covid-19 adalah Maluku (29,18 %) dan Sulawesi Utara (27,66%).
“Jadi, pak Gubernur, dan bapak-ibu sekalian, provinsi Anda ini menempati urutan kedua dalam hal jumlah masyarakat yang meyakini ‘sangat tidak mungkin’ dan ‘tidak mungkin” terpapar corona. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tandas Doni.
Salah satu cara untuk mensosialisasikan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, adalah melalui peran media.