News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Hari Sumpah Pemuda

Menyoal Pemuda di Hari Sumpah Pemuda

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr H Sumaryoto Padmodiningrat MM

Nama Indonesia harum di percaturan internasional, baik lewat olah raga maupun sains, itu juga tak lepas dari peran kaum milenial.

Kalau sudah begini, patutkah sumbangsih kaum milenial bagi bangsa dan negara dipertanyakan?

"Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia," kata Bung Karno yang bertolak belakang dengan ucapan Megawati.

Ujian Pilkada

Seperti pada kasus "slip of tongue" (keseleo lidah) Puan Maharani, Ketua DPR RI yang juga Ketua DPP PDIP, soal Provinsi Sumatera Barat yang "belum" Pancasilais, beberapa waktu lalu, kini elite-elite PDIP pun sibuk menjelaskan duduk persoalan, kalau tak bisa disebut meluruskan, sentilan Megawati terhadap kaum milenial itu.

Megawati, kata mereka, bermaksud baik, yakni berharap agar generasi muda atau kaum milenial tak hanya menuntut sesuatu kepada negara, tetapi juga bisa bekerja keras memajukan bangsa.

Agaknya kita semua alpa bahwa peran pemuda sangat vital bagi bangsa dan negara. Pemuda adalah tulang punggung bangsa. Pemuda adalah agen perubahan.

Pemuda, dari sisi kuantitas, juga sangat diperhitungkan suaranya dalam politik elektoral seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang akan digelar serentak pada 9 Desember nanti di 270 daerah di Indonesia.

Tentu ucapan Megawati soal milenial tersebut akan menjadi ujian tersendiri bagi PDIP, apakah calonnya akan dipilih kaum milenial atau tidak.

Di pihak lain, ada paradoks ketika PDIP dan Megawati banyak mengusung tokoh muda dalam Pilkada 2020. Apakah ini bisa ditafsirkan bahwa sesungguhnya Megawati masih menaruh kepercayaan kepada kaum milenial?

Kaum milenial tercatat sebagai pemilih terbesar, yakni 37,7% pada Pemilu 2019. Sedangkan pemilih pemula sebanyak 12,7%. Artinya, gabungan kelompok pemilih muda ini lebih dari setengah jumlah pemilih di Indonesia.

Di setiap pilkada, angka pemilih milenial maupun pemula memang rata-rata mencapai 60% atau yang terbanyak dibanding pemilih kategori lain seperti pemilih perempuan maupun pemilih dewasa.

Dalam Pilkada 2020, PDIP mengajukan banyak calon dari kalangan kaum milenial, seperti Gibran Rakabuming Raka di Kota Surakarta, Bobby Nasution di Kota Medan, dan Rahayu Saraswati di Kota Tangerang Selatan. Logikanya, dengan popularitas dan sumber daya politik yang ada, mereka akan terpilih.

Ataukah suara mereka justru akan tergerus oleh ucapan Mega itu? Biarlah waktu yang mengujinya. Yang jelas, ketika kaum tua sudah kurang bijak, maka justru kaum mudalah yang harus lebih bijak. Jadikan sentilan Mega itu sebagai tantangan bagi kaum milenial untuk lebih banyak berkontribusi bagi negeri tercinta ini. Semoga!

*Penulis: Dr H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Anggota DPR RI Periode 1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2014.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini