Uji lab atas air yang ada di Citarum dan sungai anakannya, menemukan kandungan besi (fe), Mangan (Mn), Zat Organik, dan kekeruhan.
Logam berat itu berdampak, antara lain pada gangguan otak dan syaraf, kanker jantung, kanker pembuluh darah, dan kecacatan reproduksi.
Itu pula yang mengakibatkan banyak anak-anak autis serta bertambahnya penderita kanker.
Penelitian pun sampai kepada uji klinis pada ikan dan air yang ada di Citarum. Hasilnya, lagi-lagi sangat mencengangkan bagi awam, dan bikin geram Panglima Doni Monardo.
Kandungan merkuri ditemukan dari hasil uji terhadap ikan lele yang ada di Cilampeni dan Cimarangi.
Merkuri juga ditemukan pada hasil uji ikan emas yang ada di Cisanti.
Hasil penelusuran lebih jauh, ternyata di salah satu zona, terdapat penambangan emas liar yang menggunakan merkuri secara serampangan dan ilegal.
Baca juga: Perangi Sampah Plastik, Menko Luhut Pastikan Pemerintah Komitmen Perbaiki Citra Sungai Citarum
Bahaya merkuri, misalnya, bisa mengakibatkan gangguan otak dan mental, tremor, radang dan pembengkakan gusi, gangguan perut dan ginjal, mengganggu perkembangan otak janin pada wanita hamil, bisa mengakibatkan bengkak, kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, serta bisa mengakibatkan kulit tubuh terkelupas.
Sedangkan pekatnya kadar bakteri, sejenis e-coli dan lain-lain disebabkan besarnya volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum serta kotoran ternak.
Kandungan lain di Citarum adalah bakteri pseudomonas aeruginosa yang bisa mengakibatkan meningitis/radang selaput otak, radang selaput mata, radang saluran kemih, dan luka membusuk.
Itu semua susah diobati karena kebal terhadap antibiotik. Bakteri itu berasal dari buangan limbah rumah sakit.
Mengonsumsi air Citarum, dalam kalimat yang barangkali dramatis, bisa dikatakan sebagai “bunuh diri”.
"Setelah data terkumpul, berkat kerja keras almarhum, barulah saya merancang aksi satu kesatuan komando dari hulu ke hilir dengan semua komponen dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Alhasil, sungai sepanjang 269 km itu pun dibagi menjadi 22 sektor," lanjut Doni.
Pada setiap sektor dikoordinir oleh seorang perwira menengah TNI (kolonel).