Karena itu pula Doni Monardo sangat getol menaikkan pamor pangan lokal tadi, tidak saja ke pentas nasional, tetapi juga orientasi ekspor.
Halim adalah salah satu pengusaha yang berani mempertaruhkan semua risikonya di sektor sagu, dan jenis tanaman (emas hijau) lain.
Doni bahkan ingin agar pangan lokal harus menjadi sebuah gerakan, yang diikuti sosialisasi dan mendidik masyarakat melestarikan pangan lokal dengan kearifan lokal.
Upaya itu akan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, di sisi lain akan mengurangi keterantungan impor beras. Siapa yang tidak setuju dengan pengurangan impor beras yang nyata-nyata melahirkan mafia/kartel/tengkulak pangan?
Penanaman sagu, secara langsung juga melestarikan alam dan menjaga kelangsungan bumi dengan diversifikasi alami.
Manfaat lain, karakter pohon sagu, menjamin ketersediaan air tanah untuk jangka panjang, hingga akhirnya tercipta siklus alam yang sehat bagi generasi akan datang.
Stok Terjamin
Menurut Halim, semua produksi sagu olahan dipusatkan di pabriknya yang ada di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Sedangkan bahan pokoknya didatangkan dari Papua. Halim bahkan sudah berkoordinasi dengan Bulog dan Perhutani. Bulog untuk urusan stok, sedangkan Perhutani terkait pemanfaatan lahan bagi pengembangan tanaman sagu.
Pemprov Papua di Distrik Tambat, Kabupaten Merauke bahkan sudah lebih setahun terakhir mengarahkan kebijakan pangannya ke sagu. Saat ini, Distrik Tambat sudah bisa menghasilkan sagu olahan hingga 3 ton per minggu.
Program klaster kampung sagu di Tambat dirintis Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua serta Dinas Ketahanan Pangan Papua sejak awal 2019.
Dalam program ini petani diberi bantuan pembuatan rumah produksi beserta mesin pengolah sagu yang diciptakan I Made Budi. Dosen Universitas Cendrawasih itu sekaligus menjadi mentor cara menggunakan mesin pengolah sagu.
Papua adalah “surga sagu”. Luas areal sagu di sana mencapai 6,2 juta hektare, dan itu merupakan yang terbesar di dunia.
Sayang, berdasar data Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua, luas lahan sagu yang digunakan secara aktif di 20 kabupaten hingga akhir tahun 2017 hanya 35.351 hektare.