News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Polemik Kampus Murah dan Kecemasan Perguruan Tinggi Swasta di Kota Serang Gulung Tikar

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mahasiswa

Oleh: Ranap Tumpal Hermansius Simanjuntak, mahasiswa magister hukum Universitas Pamulang (Unpam)

Medio November 2020, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam membeberkan sekelumit data.

Isi data tersebut menorehkan catatan sekitar 2-3 juta lulusan SMA dan SMK setiap tahun. Namun menurut Nizam yang bisa diserap oleh perguruan tinggi baru sekitar 38 persen.

“Saat ini Indonesia memiliki 4.700 perguruan tinggi dengan lulusan SMA dan SMK rata-rata sekitar 2-3 juta setiap tahunnya,” katanya dilansir dari kemdikbud.go.id.

Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Reformasi Birokrasi dan Pendidikan Mohammad Nasir menyebutkan, angka partisipasi kasar siswa Indonesia yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi masih jauh dibandingkan dari negara tetangga sebesar Mayasia yang hampir 50 persen, Singapura sebesar 70 persen, bahkan Korea Selatan (Korsel) sudah ,mencapai 98 persen. Menurutnya hampir seluruh rakyat Korsel berusia 18 hingga 23 sudah mengenyam pendidikan tinggi.

Baca juga: Tujuh Jurusan Kuliah di Kampus Ini Tawarkan Karier Masa Depan Menjanjikan

Melihat jumlah tersebut, maka berdampak terhadap persaingan global dalam aruss industri yang saat ini memasuki era 4.0.

Itu berarti tenaga kerja manusia yang banyak tergantikan mesin makin runyam dengan menjamurnya tenaga kerja berpendidikan seadanya.

Salah satu kendala, masih banyak lulusan sekolah menengah tak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi adalah akibat kekurangan dana.

Hal ini menjadi masalah klasik yang sudah turun temurun. Dampak pandemik covid-19 pun rasanya makin memperumit masalah.

Cerita pilu mahasiswa yang terpaksa cuti kuliah lantaran tak mampu membayar uang kuliah atas prahara orang tua yang kehilangan pendapatan membuat saya cuma bisa mengernyitkan dahi.

Baca juga: Nadiem: Sektor Pendidikan Berperan Penting Hapuskan Perkawinan Anak

Opsi alternatif atas belum maksimalnya siswa sekolah menengah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, adalah tersedianya kampus-kampus berbiaya murah atau terjangkau.

Memang ada kendala atas kampus-kampus berbiaya kuliah murah terhadap kualitas pendidikan. Kampus 'murahan' yang begitu mudah membuat label lulus ini rasanya perlu dicermati.

Namun, tak jarang pula 'kampus murah' yang bisa konsisten menjaga kuliah murah dengan menghasilkan kualitas pendidikan profesional.

Dari pengalaman penulis, kampus seperti Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) atau Universitas Pamulang (Unpam) cukup berkualitas.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini