Oleh Vita Iyasrahayu Radyanti
MUDIK menjelang Lebaran sudah menjadi tradisi tiap tahun di Indonesia. Perantau akan melakukan perjalanan pulang kembali ke kampung halaman sebelum hari raya tiba.
Apa kita mesti kirim kartu lebaran, juga bagus jadi koleksi filateli.
Di kampung halaman mereka tinggal dalam jangka waktu tertentu yang dimanfaatkan sebagai ajang silaturahim bertemu dan berkumpul bersama keluarga besar dan tetangga.
Sejak tahun lalu yang hingga tahun ini masih berlanjut, tradisi tahunan yang ditunggu-tunggu tidak lagi dapat dilakukan akibat pandemi.
Kegiatan ke luar rumah apalagi mudik menjadi sangat terbatas bahkan dilarang, kecuali dalam keadaan darurat.
Aturan ini ditetapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona.
Meskipun tanpa mudik, tanpa tatap muka, dan tanpa mengurangi arti silaturahim dengan keluarga besar dan sanak saudara, ada jalan lain untuk tetap menyambung kekeluargaan dan persaudaraan.
Ingatkah zaman dulu ketika kita masih belum mengenal internet dan telepon seluler? Apa yang akan kita lakukan?
Kita sudah membuat daftar siapa saja yang wajib dikirimi kartu lebaran.
Sesudah itu kita sibuk membeli kartu lebaran, menulis ucapan selamat hari raya Idul Fitri dengan tulisan tangan kita sendiri, lalu mengirimkan kartu tersebut melalui kantor pos.
Pada zamannya, kiriman kartu pos melonjak sehingga membuat kantor pos sangat sibuk.
Sekitar dua minggu menjelang dan setelah lebaran, kiriman kartu pos sangat banyak.
Pak pos dibuat sibuk, bahkan untuk menangani kiriman dan pengantaran surat-surat yang sangat banyak itu, pensiunan pegawai pos dikaryakan kembali di kantor pos dalam jangka waktu tertentu disesuaikan dengan kebutuhan.