Memang, tidak drastis untuk satu-dua tahun. Butuh waktu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mau mengubah pola bertransportasi.
Ketika jalan kaki dan bersepeda terasa nyaman dan mulai banyak yang memanfaatkan, maka kedepan akan mendorong semakin banyak orang melakukannya.
Disini perlu terobosan-terobosan kreatif agar semakin banyak yang menggunakan jalur sepeda sebagai pilihan transportasi.
Fakta bahwa kemacetan di Jakarta turun. Tentu, semua kebijakan terkait transportasi mempunyai kontribusinya, meskipun tidak sama ukurannya.
Tahun 2017, tingkat kemacetan Jakarta di urutan ke-4 (61%) dari 164 negara. Tahun 2018 di urutan ke-7 (53%). Tahun 2019 di urutan ke-10 (53%). Dan tahun 2020 di urutan ke-31 (36%).
Ada penurunan yang konsisten dan signifikan.
Atas penurunan ini Anies mendapat julukan sebagai pahlawan transportasi (21Heroes2021) dari Transformative Urban Mobility Inisiative (TUMI).
Kedua, sepeda itu alat transportasi yang ramah lingkungan. Semakin banyak yang menggunakan transportasi umum dan bersepeda, polusi udara Jakarta otomatis berangsur-angsur akan turun.
Selain memperbanyak RPTRA (296 lokasi) sebagai taman kota dan penghijauan, serta rencana membangun sejumlah waduk, ikhtiar merubah pola bertransportasi dari kendaraan mesin ke sepeda diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran udara Jakarta.
Hasil survei: usia warga Jakarta rata-rata lebih pendek dari warga Bandung dan Jogja.
Dua faktor utamanya adalah stres (diantaranya karena macet) dan polusi udara. Dua hal inilah yang berupaya diatasi oleh Gubernur Anies.
Gagasan Gubernur DKI di forum "Dialogue beetween C40 mayors and UN Secretary General" tanggal 16 April lalu tentang pentingnya mengurangi emisi carbon diantaranya dengan strategi transportasi telah mendapatkan apresiasi positif dari Sekjen PBB.
Menurut Anies, gagasan ini sudah dijalankan secara konsisten di Jakarta.
Belakangan ini, kualitas udara di Jakarta makin bagus.