Tapi ini juga dilematis karena masyarakat memang sudah lelah dan jenuh mengurung diri di rumah lebih dari setahun.
Jadi, ketika ada sedikit celah, ibarat bendungan dibuka pintunya dan menjadi bah. Sebagian bahkan tidak takut mati menghadapi Corona. Mereka lebih takut anak istrinya kelaparan karena tidak bekerja. Inilah absurditas lainnya.
Ketiga, belum maksimalnya "3T", yakni "testing" (pengetesan), "tracing" (penelusuran), dan "treatment" (perawatan).
Sebab itu, mari kita perkuat 5M dan 3T supaya nasib kita tak seperti Sisifus. Sampai kapan? Inilah absurditas lainnya lagi.
Mengapa Indonesia seolah "dikutuk" laiknya Sisifus, sementara negara lain, bahkan Tingkok sebagai asal Corona sudah berhasil membebaskan diri dari virus mematikan itu?
Seperti Sisifus yang mencuri rahasia para dewa, kita pun suka mencuri-curi aturan untuk melanggar protokol kesehatan, bahkan mencuri anggaran.
Kasus dugaan korupsi anggaran bansos di Kementerian Sosial dan Kabupaten Bandung Barat adalah contohnya. Itulah!
* Karyudi Sutajah Putra, pegiat media, tinggal di Jakarta.