Sehingga bila sebagian harus berakhir di tempat sampah, barang itu masih bisa didaur ulang.
Beberapa contoh yang bisa kita praktekkan, selain yang sudah disebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Rajin memilah sampah, pisahkan sampah organik, yang bisa didaur ulang dan infeksius. Sampah organik bisa dijadikan pupuk alami, bahan bahan yang bisa didaur ulang disetorkan ke bank sampah. Banyak wilayah RT, RW sudah memiliki bank sampah.
2. Membatasi belanja pakaian. Beli hanya saat kita betul betul perlu dan pilih yang eco-friendly. Bahan pakaian sebagian besar tidak bisa didaur ulang. Usahakan memanfaatkan pakaian lama. Agar nampak tetap modis, bisa match dan mix antara koleksi lama dan baru.
3. Batu baterai dan sampah barang elektronik, bisa membahayakan kalau tidak dikelola dengan benar. Buanglah secara terpisah dengan sampah lain.
4. Sebisa mungkin pergunakan diaper dan pembalut dari kain yang bisa dicuci dan pakai ulang. Kalau toh sangat terpaksa menggunakan yang sekali pakai, keluarkan isinya dan pergunakan sebagai pupuk tanaman, setelah kotoran dibersihkan. Pembungkusnya dari bahan plastik tidak bisa didaur ulang.
5. Masa pandemi, limbah masker sekali pakai menjadi sangat banyak. Perlu dipikirkan upaya untuk mendaur ulang secara aman dan bertanggung jawab.
6. Masa pandemi juga menyebabkan ibu rumah tangga lebih banyak berbelanja secara online dibandingkan sebelumnya. Packing barang belanjaan lebih sering mempergunakan plastik, bahkan untuk barang barang fragile, tidak jarang menambahkan bubble wrap yang berbahan plastik.
7. Membatasi penggunaan tissue dan sejenisnya, sebab proses pembuatan tissue dan sejenisnya melibatkan aktivitas penebangan pohon.
8. Sebisa mungkin menggunakan pembersih yang biodegradable (dapat diurai oleh mikroorganisme), mengingat cukup banyak pembersih yang kita pakai setiap harinya dalam bentuk sabun cuci piring, sabun mandi, sabun cuci tangan, shampoo, pembersih lantai , dan lain lain.
Propaganda meminimalisir penggunaan plastik nampak cukup berhasil. Namun, sebetulnya pilihan antara plastik dan kertas masih cukup dilematis, menurut beberapa tulisan yang pernah saya baca.
Dibutuhkan energi 91 % lebih sedikit dalam mendaur ulang plastik dibandingkan mendaur ulang setengah kilo kertas.
Memproduksi kantong kertas ternyata menggunakan lebih banyak energi dan juga air. Hal ini juga memicu berkembangnya polusi udara dan juga limbah padat jika dibandingkan dengan kantong plastik.
Tingkat daur ulang dari kedua jenis kantong tersebut sangat rendah hanya sekitar 10 - 15 % dari kantong kertas dan 1 - 3 % kantong plastik daur ulang.( Detikfood 6 April 2010).