Ketiga, memiliki kemampuan memadai untuk melakukan monitoring, testing dan pelacakan yang cepat serta kemampuan mengisolasi mereka yang terinfeksi.
Karena memiliki kemampuan dan kapasitas seperti tersebut di atas, negara seperti Iceland, Swedia dan Taiwan tidak pernah benar-benar menutup sekolahnya.
Negara seperti Denmark, Finlandia, Norwegia, Perancis dan Jerman secara bertahap telah membuka kembali sekolah meski pandemi belum berlalu.
Apabila kementerian pendidikan tetap ingin membuka sekolah di wilayah PPKM level 3, maka rekomendasi dari Uni Eropa bisa dijadikan rujukan.
Selain itu, Indonesia juga bisa belajar dari pengalaman Israel yang pada bulan Mei lalu telah membuka kembali sekolah dan menutupnya kembali setelah ratusan kasus baru ditemukan di sekolah.
Setelah dibuka secara serentak, beberapa minggu kemudian lebih dari 6.800 siswa dan guru terpaksa harus dikarantina.
Sekiranya pemerintah sudah siap dengan segala konsekuensi dan langkah mitigasinya ketika terjadi penyebaran Covid-19 di sekolah, maka PTM tidak ada salahnya dicoba.
Tetapi harus diingat bahwa negara yang telah membuka sekolah adalah mereka yang tingkat vaksinasinya di atas 50%. Selain itu, infrastruktur kesehatan, kemampuan testing, tracing dan isolasinya sangat memadai.
Membuka kembali sekolah di tengah pandemi adalah pilihan dilematis.
Dalam perspektif pengambilan keputusan, ini bukan perkara keberanian atau ingin tampil beda, tetapi lebih pada kemampuan untuk menimbang berbagai hal secara holistik-komprehensif.
Di sinilah pertaruhan leadership seorang Nadiem Makarim.
Terobosannya untuk membuka sekolah di saat kurva coronavirus yang belum sepenuhnya melandai patut diapresiasi sekaligus diwaspadai.
Bisa jadi keputusan kontroversil ini mengantar Nadiem ke titik puncak karir politiknya sekaligus sebagai "lonceng kematian" masa keemasannya di usia yang masih sangat belia.