Karena sedih jika mengingat Muktamar NU ke-33 pada 2015 di Jombang yang diwarnai kericuhan akibat saling rebut kursi jabatan yang mengakibatkan tangisan dari sesepuh NU, sebagaimana yang disampaikan oleh KH. Miftahul Akhyar yang waktu itu menjabat sebagai Rais Syuriyah PWNU Jatim terdapat KH. Maimoen Zubair, Gus Mus, Mbah Dim, Gus Malik Madani dan lain-lain.
Dalam hal itu mengakibatkan Calon Ketum PBNU, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menarik diri karena menganggap ada kecurangan karena memaksakan sistem ahlul ahli wal aqdi (Ahwa) dan karena hal tersebut membuat pendukung dari Gus Sholat menarik diri dari lapangan Muktamar dan merapat ke Pesantren Tebuireng untuk membuat Muktamar tandingan namun dicegah oleh Gus Sholah.
Mungkin ini yang bisa penulis sampaikan atas keterbatasan ilmu penulis, lebih lanjut bisa
dikonfirmasi kepada penulis yang saat ini duduk dibangku kuliah di Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia (UII), maka dari itu memohon maaf bila ada kekurangan karena
kebenaran hanya milik Allah Ta‟ala, kesimpulan penulis kembalikan kepada pembaca
sekalian karena penulis hanya menyajikan fakta dan data yang ada.
Juga salam takzim yang mendalam kepada KH. Imam Jazuli, tulisan yang penulis tulis ini bukan sebagai bentuk merendahkan pihak manapun (su‟ul adab) namun sebagai penyeimbang atas sikap moderat penulis. Wallahu‟alam bis showab.
*Penulis adalah Alumni Pesantren Tebuireng Jombang; penulis buku “Nasionalisme
Pemuda: Pemikiran-Pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari”; saat ini sebagai mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), berproses di HMI Komisariat FH-UII; juga
sebagai CEO SEGAPMedia Group