Dari jumlah itu, 3.435 desa berada di kawasan non-3T yang pembangunannya diserahkan kepada operator seluler, dan 9.113 sisanya dibangun oleh Bakti, tetapi diserahoperasikan ke operator seluler.
Tuntutan masyarakat di mana pun, juga di daerah 3T, selalu ingin mendapat lebih dari yang sudah diterima.
Dari sekadar mengunduh bahan pelajaran, remaja ingin unduh video, main gim, jatah data 2,26 GB pun kurang, sementara saudara mereka di perkotaan bisa melahap 10 GB sebulan.
Saat ini anggota masyarakat di 3T ada yang sudah bisa jualan online, pelajar berselancar menimba ilmu yang lebih luas dibanding apa yang mereka dapat di sekolah. Juga daerah wisata mereka yang selama ini tersembunyi bisa “dijual” ke mancanagara, semua lewat saluran digital.
Tetapi tampaknya sampai beberapa dekade ke depan tugas mengangkat derajat martabat penduduk 3T lewat transformasi digital belum akan selesai. (*)