Satu ekor ikan mahi-mahi meronta-ronta, sebelum akhirnya diam pasrah. “Luar biasa. Rumponnya sangat bagus. Ikannya banyak. Baru sebentar lepas umpan, sudah dapat ikan. Horeee….,” pekik Doni Monardo, senang.
Aktivitas memancing pagi itu sungguh terbilang sangat sukses. Hanya dalam waktu beberapa jam saja sudah berhasil mendapatkan sejumlah ikan mahi-mahi yang siap kami masak untuk santap siang nanti.
Sedikit informasi. Ikan mahi-mahi juga dikenal dengan nama ikan lemadang. Nama lain dari ikan ini adalah Coryphaena Hippurus.
Lemadang banyak ditemukan di perairan Meksiko, Hawaii, dan Samudra Hindia. Tekstur daging ikan lemadang mirip dengan tuna. Seperti kebanyakan ikan laut lain, mahi-mahi juga memiliki kandungan protein, lemak, vitamin, dan mineral yang berlimpah. Sebuah referensi menyebutkan, ikan mahi-mahi merupakan sumber vitamin B12, fosfor, vitamin B6, niasin, dan selenium yang baik.
Sensasi Tanpa Tepian
Sungguh, berlibur di Nihi hanya akan mendapatkan kata takjub dan takjub. Maaf, saya harus melempar pertanyaan ini, “Kapan terakhir kali Anda mandi di ruang terbuka tanpa dinding pembatas?”
Secara normatif, jika Anda seorang laki-laki (dan muslim), umumnya pasti akan menjawab, “Sebelum disunat.” Itu artinya, masih kategori bocah. Alhasil, ada desir yang sangat luar biasa di dada, ketika saya harus mandi di ruang yang (relatif) terbuka, di atas bukit dengan pemandangan laut terbuka. Airnya mengalir dari pancuran bambu.
Sensasi mandi di ruang terbuka itu saya rasakan usai mencicipi terapi relaksasi di sebuah tempat spa yang beratapkan keteduhan alam. Tanpa dinding sehingga sepoi angin bebas bergelantungan. Jaraknya 30 menit berkendara dari Nihi Resort.
Baca juga: Doni Monardo Terkesan dengan Enggano yang Punya Potensi Kuliner hingga Wisata Bahari Luar Biasa
Menuju titik tempat spa ini, kami berjalan kaki menuruni bukit yang kiri kanannya rimbun. Memang begitulah desain tempat mandi di spa yang satu ini -- yang merupakan bagian dari paket berlibur di Nihi.
Sebuah konsep yang menenun unsur alam: pepohonan rimbun, pemandangan ke laut lepas, serta unsur-unsur etnik dalam setiap mata memandang.
Wajah Wisata
Sambil meneguk air kelapa muda dari batoknya, kami berbincang tentang “turisme” atau kepariwisataan. Bertolak dari contoh Nihi, Doni Monardo lugas berkata, “Inilah wajah pariwisata Indonesia yang sebenarnya (dan seharusnya).”
Pariwisata Indonesia harus dibangun dengan sebuah filosofi. Ini penting. “Jangan melawan kehebatan orang (negara) lain, tapi lawanlah dengan keunggulan yang tidak dimiliki orang (negara) lain,” ujar Doni.
Contoh kongkrit, hotel Nihi adalah sebuah anomali dari stigma kata “mewah” atau luxury di bidang sarana akomodasi. Model seperti Nihi-lah yang seharusnya dibangun dan dikembangkan di objek-objek wisata Indonesia. “Jangan bangun hotel berbentuk bangunan tinggi. Tidak mungkin kita bisa mengalahkan hotel pencakar langit super mewah yang ada di New York, Shanghai, dan kota-kota besar modern lain,” katanya.