Sejak 2020 baik ASA maupun TPAS yang telah sukses menghasilkan musikus klasik paling handal dari Indonesia ini diambil alih oleh Kemendikbudristek di bawah Menteri Nadiem Makarim dengan tujuan untuk memetakan bakat-bakat musik klasik di Indonesia sebagai aset budaya dan dibudidayakan di acara-acara seperti G20 ini.
Saya selalu bertanya-tanya, dengan penduduk 250 juta lebih, kenapa Indonesia tidak bisa mendapatkan 70-an musisi berkualitas prima untuk membuat orkestra kelas dunia?
Sekarang, kita tahu mengapa dan bagaimana mengatasinya. Sekarang, ini hanya masalah teknis, dan #g20orchestra telah mulai memecahkan masalah tersebut dan mengeksekusinya.
Dengan G20 Orchestra, kita telah membuka babak baru.
Sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi para menteri kebudayaan G20, ada 40-an pemusik muda dunia berkumpul dan bergabung bersama 30 musikus Indonesia, bermusik bersama.
Saling mendalami budaya negara-negara lain dari sejak sarapan sampai makan malam bahkan mungkin mengobrol sampai malam, saling tukar pikiran tentang masa depan musik di dunia yang lebih baik, mulai dari masalah ketenagakerjaan di dunia musik, komunikasi dan relevansi musik dengan penonton dan masyarakat luas hingga isu keberagaman dan inklusi.
Semuanya merupakan isu lintas generasi, lintas pandangan politik, latarbelakang budaya, gender, ras dan bangsa.
Mereka yang dari Eropa, tempat lahirnya musik klasik dan kuat memegang tradisi berbaur dengan mereka dari Asia dan Afrika yang sama sekali tidak terikat tradisi musik klasik sehingga lebih bebas berinovasi.
Semua itu demi masa depan kita bersama.
Semoga dengan mengenal budaya lain lebih dalam, para musikus ini makin menguatkan identitas masing-masing sebagai seniman yang berintegritas dan berkualitas, terutama untuk para musikus Indonesia untuk lebih menyalakan sinar musik klasik Indonesia di dunia.
Berikut para musikus instrumen gesek Indonesia yang terpilih untuk bergabung di G20 Orchestra di Candi Borobudur, 12 September nanti :
Violin (pembagian violin 1 dan 2 akan ditentukan lebih lanjut)
Glen Afif Ramadan
Arum Kusuma Dewi
Christopher Robin Tania
Helmi Hardico Herlambang
Lydia Evania Lukito
Nathanael Hertanto
Reza Nurdian
Ibnu Aji Wasesa
Andreas
Amadea Nathania Pranoto
Ni Made Adinda Laksmi Danaswari
Taradita Kalyana Yasmin
Michelle Putri Hamijoyo
Aurell Marcella Felicia
Yuli
Aghisna Indah Mawarni
Risang Augus Rahmanto
Rebecca
Cadangan Violin (akan menggantikan jika ada kandidat berhalangan, berdasarkan urutan)
Julian Arya Krismandanu
Saynediva Al Fatah Putra
Philbert Neals
Mario Lasar
Viola
Tiffany Limantoro Hieronymus
Bimo Lambang Dwityo Putro
Bayu Caritas
Sendi Orysal
Cadangan Viola (akan menggantikan jika ada kandidat berhalangan, berdasarkan urutan)
Gabriel Waskitha Kurniawan
Stefani Leoni
Cello
Dubertho Christnoval Ngongady
Vincent Limantoro
Gian Nugra Adanta
Febie Devina
Jonathan William
Raden Dwityatama Darmasakti
cadangan cello (akan menggantikan jika ada kandidat berhalangan, berdasarkan urutan)
William Hendricko Adinata
Abraham Raditya
Nafisah Aini
Kontrabas:
Arya Adithya
Rai Ikhwan
Kami juga memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada para musikus muda belia yang menunjukkan kualitasnya yang sangat menjanjikan, tapi saat ini belum dapat kami terima menjadi bagian dari G20 Orchestra karena pengalaman mereka yang masih kurang dalam bermain di orkes.
Untuk acara-acara lain, kami pasti akan mengingat nama-nama di bawah ini dan mengajaknya untuk berpartisipasi :
Veeshan Nathaniel Tandino (10 tahun), Cherlyne Florencia (15 tahun) dan Ursulla Puruhita Shimamurti (16 tahun).
Semoga inisiasi G20 orchestra dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini bisa menjadi sebuah awal dari G20 Orchestra lain nya di tahun - tahun berikutnya di masa Presidensi negara lainnya.