News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Diplomat Sufistik

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Besar Republik Indonesia, Zuhairi Misrawi, di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Tunisia memberikan arahan bagi mahasiswa baru asal Indonesia yang akan kuliah di Universitas Zaitunah, Tunisia, pekan lalu. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH. Imam Jazuli (duduk memakai kopiah) menyebut Zuhairi Misrawi sebagai seorang Dubes yang menerapkan Diplomat Sufistik.

Sedangkan menurut Ibnu ‘Iyadh dalam kitab al-Mafakhir al-‘Ulya fi al-Ma’atsir asy-Syadziliyyah, leluhur Imam Abu Hasan asy-Syadzili adalah Isa bin Idris bin Umar bin Idris bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna bin Sayyidina Hasan.

Imam Abu Hasan asy-Syadzili memiliki postur tubuh yang kurus, jari-jemari yang panjang, warna kulit yang bagus. Ia sangat fasih berbicara, ucapannya sangat lembut dan eksotoris.

Selain itu, ia selalu memakai pakaian yang indah -- jauh dari kesan bahwa seorang sufi itu gembel, dan senang menunggangi hewan tunggangan yang gagah.

Baca juga: KBRI Tunis Berikan Arahan Bagi Mahasiswa Baru Indonesia di Tunisia 

Terkadang Ia juga tak segan untuk memakai pakaian sederhana, akan tetapi beliau tidak memakai pakaian yang ditambal sebagaimana beberapa kaum kaum sufi lainnya.

Nama Abu Hasan as-Syadili sering disandingkan dengan Sulthan Aulia Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki derajat kewalian yang sama, sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Qarasyi:

"Keduanya adalah Shultan Auliya, Ketika aku menyebut tuanku Syekh Abdu Qadir al-Jailani, maka aku telah menyebut tuanku Syekh Abu Hasan asy-Syadzili, keduanya sama istimewa karomah-karomahnya, dan keduanya tidak dapat dipisahkan."

Di dalam lorong yang membuat bulu kuduk penulis merinding itu, penulis mendapat cerita langsung dari Musyid Tariqoh Syadiliyah, bahwa Gus Dubes memang sudah istiqomah datang kesitu dan sudah dibaiat.

Sesuatu yang penulis tadinya benar-benar kurang percaya.

Bagaimana tidak? Sejak masih kuliah, sampai sebelum mendapat amanah sebagai Dubes Tunisia ini, Gus Dubes masih sering membuat pernyataan yang berbauh kontroversi, karena pemikirannya yang liberal.

Apalagi dia bersama Mas Kiai Ulil Abshar Abdallah dan Mas Kiai Muqshid Ghozali pernah menjadi aktifis Jaringan Islam Liberal.

Tetapi setelah Sabtu Subuh itu penulis mengenalnya sebagai seorang birokrat yang sufistik. Maka pantas saja dalam perbincangan dua hari ini kata-kata yaang sering keluar darinya sering sangat eksoterik.

Karena itu, kadang penulis merenung dan membayangkan apa jadinya jika kelak kabinet 2024-2029, jika ada anggota Menteri yang sufistik seperti Gus Dubes.

Sungguh akan sangat indah sekali bukan?

Apalagi dia punya latar belakang intelektual progresif, akademisi dari Universitas Islam tertua di dunia yaitu Al-Azhar Assyarif Mesir.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini