News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Mengenal Sindroma Darah Kental

Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Sindroma darah kental atau sindroma antifosfolipid adalah kondisi di mana darah menjadi lebih kental dan mudah membeku. Tanda klinis sindroma darah kentalbaru tampak setelah terjadi kejadian penyumbatan aliran darah seperti stroke atau serangan jantung pada mereka yang tidak memiliki faktor risiko kejadian kardiovaskuler sebelumnya.

Oleh: dr Wahyu Djatmiko SpPD-KHOM
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

TRIBUNNEWS.COM - Belum banyak yang mengetahui adanya sindroma darah kental.

Pada kondisi normal terdapat keseimbangan antara faktor koagulasi yang mengakibatkan darah cenderung menggumpal dengan faktor antikoagulan yang membuat darah menjadi encer.

Keseimbangan tersebut membuat darah berada di dalam kekentalan tertentu agar dapat mengalir di dalam pembuluh darah dengan lancar.

Namun, bagaimana jika keseimbangan ini terganggu? Darah dapat menjadi lebih encer ataupun sebaliknya, darah menjadi lebih kental.

Sesuai namanya, sindroma darah kental atau di dalam istilah medis dikenal sebagai sindroma antifosfolipid adalah kondisi di mana darah menjadi lebih kental dan mudah membeku.

Hal ini terjadi akibat sistem imun 'keliru' ketika membentuk antibodi yang mana antibodi ini akan dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di dalam pembuluh darah vena ataupun arteri.

Ilustrasi stroke di usia muda (healthline)

Gumpalan darah dapat menyumbat aliran darah. Sumbatan dapat terjadi di tungkai, paru, otak, dan jantung.

Bahkan sumbatan terkadang terjadi di organ tubuh yang tidak lazim seperti pembuluh darah mata yang bisa jadi ditandai dengan kebutaan salah satu mata secara mendadak.

Pada telinga, dapat terjadi tuli mendadak. Beberapa kasus keguguran dalam kehamilan juga dapat disebabkan oleh sindroma ini.

Banyak pasien yang tidak menyadari jika dirinya memiliki sindroma darah kental.

Sebagian besar pasien tidak memiliki gejala dan tanda yang khas.

Tanda klinis baru tampak setelah terjadi kejadian penyumbatan aliran darah seperti stroke atau serangan jantung pada mereka yang tidak memiliki faktor risiko kejadian kardiovaskuler sebelumnya.

Kecurigaan sindroma ini juga dipertimbangkan pada wanita yang mengalami keguguran berulang.

Wanita lebih berisiko menderita sindroma darah kental dibandingkan dengan pria.

Seseorang yang memiliki penyakit autoimun seperti Lupus memiliki risiko lebih besar mengidap sindroma ini.

Di sisi lain, mereka yang memiliki antibodi terhadap penyakit ini mungkin tidak menunjukkan gejala.

Namun memiliki risiko besar terjadi sumbatan pembuluh darah jika hamil, imobilisasi lama, menjalani operasi, perokok, menggunakan kontrasepsi hormonal dan mereka yang memiliki kadar kolesterol dan trigliderida yang tinggi.

Konfirmasi diagnosis sindroma darah kental dilakukan dengan cara memeriksa antibodi antifosfolipid sebanyak dua kali pemeriksaan dengan jeda setidaknya 12 minggu antar kedua uji tersebut.

Diagnosis sindroma darah baru ditegakkan jika antibodi tersebut mengakibatkan gejala klinis.

Terapi penyakit ini adalah dengan menggunakan obat pengencer darah.

Dokter dapat memberikan heparin yang diberikan secara suntikan maupun warfarin tablet untuk mengelola kasus ini.

Pemantauan tingkat kekentalan darah perlu dilakukan secara periodik mengingat risiko terjadi perdarahan jika darah menjadi terlalu encer saat diberikan obat tersebut.

Saat ini, beberapa obat pengencer darah generasi baru sudah tersedia. Obat-obatan ini meskipun relatif tidak perlu dilakukan pemantauan tingkat kekentalan darah tetapi tetap harus di bawah pengawasan dokter.

Untuk mencegah komplikasi perdarahan, pasien yang mendapatkan terapi obat pengencer darah harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas sehari-hari.

Misalkan menghindari aktivitas olahraga yang menimbulkan kontak fisik atau risiko terjatuh. Berhati-hati jika bekerja menggunakan pisau atau gunting.

Pada sebagian besar kasus komplikasi sindroma darah kental seperti trombosis vena dalam, stroke, serangan jantung maupun keguguran berulang memerlukan pengobatan medis.

Konsultasi medis perlu segera dilakukan untuk mencegah perburukan komplikasi. (*)

dr Wahyu Djatmiko SpPD KHOM, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (ISTIMEWA/TRIBUNNEWS.COM)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini