Diam diam Mufidah mencari tahu inti permasalahannya.
Melalui para ahli dan juga pekerja di lapangan Mufidah mengorek informasi.
Panen udang tergantung pada kualitas bibit, air, vitamin serta antisipasi penyakit udang rawan virus.
Mufidah bermimpi besar dan sungguh menemukan passion dalam usaha tambak udang.
Pengalaman bisnis udang di bawah bendera usaha suaminya itulah, justru melecut semangat Mufidah.
Apalagi Mufidah sudah mulai paham operasional tambak udang, termasuk resiko risikonya.
Tanpa sepengetahuan JK, Mufidah membeli lahan tambak seluas 2 hektar di daerah Takalar Sulawesi Selatan.
Dibantu adiknya yang bernama Buyung, kerja senyap itu berlangsung tertutup.
Panen pertama gagal. Panen kedua pun demikian. Panen ketiga tak ada hasil. Ke empat tetap total lost.
Tapi Mufidah tak keok. Pengalaman itu tak membuatnya surut.
Layar sudah dikembangkan, tak kenal kata mundur.
Mufidah seorang perempuan tangguh nan gigih. Hingga kemudian, akhirnya, berkah panen udang berpihak ke Mufidah.
Udang-udang gemuk dan segar melimpah. Tujuh tambak mengalirkan udang tak habis habis.
Udang siap panen mengalir mengikuti arus air yang dipicu oleh kincir angin menuju lorong yang akan berujung dengan jala.
Tambak udang Mufidah di Dusun Punaga ini luasnya mencapai 41 hektare dengan total 30 empang.