Lalu spekulasi operasi akan dilakukan menunggu Joe Biden meninggalkan Israel. Namun tanda-tanda invasi darat itu masih juga belum akan dieksekusi.
Situasi global kemungkinan turut mempengaruhi keputusan Israel, selain secara internal pemerintahan koalisi Israel belum terbentuk secara final.
Kutukan masyarakat internasional atas aksi militer Israel sangat kuat, termasuk datang dari China, Rusia, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Iran, Irlandia, dan sejumlah negara besar di Afrika dan Asia.
Aksi-aksi protes juga meledak di berbagai kota besar dunia, termasuk di Capitol Hill Washington, Berlin, London, Paris, dan lain sebagainya.
Di Dewan Keamanan PBB juga muncul aksi protes kuat saat persidangan, manakala wakil AS memveto rancangan resolusi krisis kemanusiaan yang diciptakan Israel.
Sejumlah diplomat di Dewan Keamanan PBB berbalik dari kursi dan meja, memunggungi wakil AS saat membacakan pidatonya.
Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi Presiden Joe Biden dan elite Washington untuk tidak, atau belum memberi lampu hijau invasi darat Israel ke Gaza.
Di sisi lain, kerentanan konflik di Israel utara dan Lebanon selatan, juga jadi faktor signifikan yang bisa menghalangi operasi tempur besar di Gaza.
Kekuatan kelompok Hezbollah Lebanon tidak bisa diremehkan. Milisi bersenjata ini memiliki ketrampilan tempur dan persenjataan yang jauh lebih kuat dari Hamas.
Jika Israel memaksakan perang besar di Gaza, dan mengurangi jumlah pasukan di perbatasan dengan Lebanon, maka jika Hezbollah menyerbu, sangat berbahaya bagi Israel.
Lain halnya jika kemudian ada jaminan AS akan terjun ke pertempuran di Lebanon selatan. Sebanyak 2.000 prajurit Ekspedisi Marinir 26 AS telah disiagkan di Laut Tengah.
Ini pasukan sangat berpengalaman dan bisa cepat digerakkan ke manapun. Selain itu sudah tiba dua armada kapal induk di perairan Laut Mediterania.
Kehadiran armada tempur AS di dekat Israel ini jelas untuk memberi efek penangkal dan penggentar bagi pihak luar yang ingin mendorong eskalasi konflik di luar Gaza dan Tepi Barat.
Kini, kunci kapan invasi darat Israel ke Gaza akan dilakukan tetap masih di tangan Washington. Selain faktor global, potensi perlawanan Hamas di Gaza juga diperhitungkan.