News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Bagaimana Intelijen Manfaatkan Gembong Teror Jadi Aset Peperangan?

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anggota bersenjata Saraya al-Salam (Brigade Perdamaian), sayap militer yang berafiliasi dengan ulama Syiah Moqtada al-Sadr, mengarahkan granat berpeluncur roket selama bentrokan dengan pasukan keamanan Irak di Zona Hijau Baghdad pada 30 Agustus 2022. - Pertempuran antara Pasukan saingan Irak kembali di Baghdad, di mana 23 pendukung pemimpin Syiah Moqtada Sadr telah ditembak mati sejak Senin, menurut jumlah korban terbaru oleh petugas medis. Bentrokan antara pendukung Sadr dan tentara dan orang-orang Hashed al-Shaabi, mantan paramiliter yang terintegrasi ke dalam pasukan Irak, telah mereda semalam tetapi berlanjut lagi pada pagi ini. (Photo by Ahmad Al-rubaye / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Empat orang Tajikistan bersenjata api menyerang pengunjung Crocus City Hall di Krasnogorsk, Moskow.

Sekurangnya 143 orang tewas akibat tembakan maupun terjebak kebakaran yang diciptakan penyerang. Kelompok ISIS-Khorasan mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Klaim ISIS-K ini digemakan elite pemimpin dan media arus utama barat. Namun Rusia menyatakan para penyerang digerakkan kekuatan asing.

Presiden Putin, Menlu Sergey Lavrov, dan Kepala FSB serta Komite Investigasi semuanya mengklaim banyak petunjuk menunjukkan keterlibatan Kiev.

Lavrov menggambarkan argumentasi para pemimpin barat yang menyatakan Ukraina tidak bersalah, sebagai hal yang mencurigakan.

Telunjuk mereka mengarah ke pemimpin badan intelijen Ukraina. Sejumlah pakar geopolitik internasional mengatakan, jika Kiev terlibat maka CIA dan jaringannya pasti terkait.

Baca juga: Rusia Ringkus 11 Orang Dalang Serangan Berdarah di Balai Kota Crocus Moskow

Baca juga: Rusia Curiga, AS Langsung Klaim Pelaku Teror Crocus adalah ISIS Tanpa Tunggu Pengadilan

Peran intelijen dalam berbagai  konflik besar di dunia sudah tidak diragukan lagi. Mereka mampu menggerakkan siapa saja, untuk kepentingan mereka dan negaranya.

Perang Afghanistan era Soviet dan konflik di Irak-Suriah adalah contoh sederhana bagaimana intelijen bermain dan menentukan eskalasi konflik.

Di Afghanistan, CIA melatih dan mempersenjatai kelompok Mujahidin dalam perangnya melawan tentara merah Soviet.

Kelak, kelompok proksi AS ini pula yang melahirkan Al Qaeda dan Osama bin Laden. Dari Osama, lahir tokoh penting yang memicu konflik sektarian berdarah di Irak.

Namanya Abu Musab al-Zarqawi. Dia pendiri Al-Qaeda di Irak (AQI). Zarqawi berasal dari Yordania. Dia memiliki catatan panjang kriminalitas.

William van Wagenen, kolumnis The Cradle, mengamati kehidupan Zarqawi dan pengaruhnya yang signifikan terhadap deretan peristiwa berdarah di Irak.

Ia menyimpulkan, kemungkinan besar Zarqawi adalah produk dan alat intelijen AS.

Para ahli strategi neokonservatif di pemerintahan George W Bush memanfaatkan Zarqawi sebagai pion untuk membenarkan invasi ilegal AS ke Irak pada 2003, kepada publik Amerika.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini