Kecuali, tentu saja, jaminan tidak ada hubungannya dengan hal tersebut dan Israel langsung saja menargetkan warga sipil – dan ini adalah nyata-nyata cara kerja genosida.
Setelah enam bulan dilanda perang apokaliptik, Jalur Gaza saat ini menjadi sekumpulan “zona pembunuhan” di dalam zona pembunuhan yang lebih besar.
Ketika Israel melanjutkan upayanya untuk menormalisasi kebobrokan secara menyeluruh, monopoli Israel terhadap terorisme saat ini tentu akan sulit untuk dipatahkan.
Sesudah serbuan 7 Oktober 2023 oleh kelompok bersenjata Hamas ke wilayah Israel, lansekap politik dan konflik di Palestina berubah drastis.
Begitu pula lansekap politik kawasan. Meski belum meledak menjadi konflik regional tensi perlawanan terhadap Israel sudah terasa di Lebanon, Yaman, Suriah an Irak.
Pada 1 April 2024, militer Israel menggempur komplek diplomatik Iran di Damaskus, Suriah. Dua jenderal dan lima staf Korps Garda Republik Islam Iran terbunuh.
Israel, seperti biasanya, tak mengomentari peristiwa ini. AS berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab atas partisipasinya dalam pembunuhan warga Iran.
Portal berita AXIOS di AS menulis pihak Israel telah memberi tahu Washington tentang rencana serangan udara ke Damaskus, segera setelah jet-jet tempur Israel mengudara.
Ini menunjukkan perbedaan antara Presiden AS Joe Biden dan PM Benyamin Netanyahu mencapai tingkat yang baru.
Biden belakangan mengutarakan kejengkelannya terhadap Netanyahu, yang membangkang strategi dan pendekatan AS di Jalur Gaza.
Biden tak menginginkan provokasi Israel menyeret konflik Gaza menjadi perang regional di Timur Tengah.
Israel kemungkinan merespon intensitas serangan dari Lebanon dan Yaman ke target di Israel. Juga beberapa kali serangan datang dari wilayah Yordania.
Kunjungan para pemimpin Hamas dan Jihad Palestina ke Teheran juga mengkhawatirkan Israel. Begitu pula diplomat Iran yang menemui tokoh Houthi Yaman memaksa mereka bertindak ekstrem.
Pembunuhan atas dua jenderal penting Brigade Al Quds Garda Republik Islam Iran adalah cara Israel mengintimidasi atau mungkin memprovokasi Teheran.
Netanyahu berusaha mengekspor krisis yang dihadapinya di dalam negerinya, supaya energinya berpindah ke luar negeri.
Dia perlu menghilangkan tekanan dari jalanan Israel yang menuntut pengunduran dirinya dan menyelesaikan situasi pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan.
Netanyahu mungkin tahu kekuasannya hampir habis dan dia menghadapi tekanan internasional sangat kuat.
Menciptakan kekacauan di mana-mana adalah langkah untuk mempersulit pihak oposisi maupun merepotkan para pendukungnya di AS dan barat.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)