Macron menghidupkan kembali gagasan Eropaisasi untuk kepentingan vital Prancis, yang dapat memicu penggunaan senjata nuklir Prancis.
Ini juga ide yang ditentang kuat Reli Nasional. Meski situasi politik saat ini tegang, Prancis di masa lalu punya pengalaman dipimpin dua blok politik berbeda.
Di era Presiden Prancis Francois Mitterand, kekuasaan negara terbagi antara kekuatan sosialis yang diwakili Presiden Mitterand, dan kelompok sayap kanan yang diwakili Perdana Menteri Jaqcues Chirac.
Di era berikutnya Jacques Chirac dari sayap kanan gentian harus berbagi kekuasaan dengan pemimpin sosialis Lionel Jospin.
Di dua era yang terbelah ini, dua kubu sepakat menafsirkan pembagian kerja berdasarkan konstitusi Republik Kelima.
Presiden adalah panglima angkatan bersenjata, penjamin kemerdekaan nasional, dan pihak yang akan merundingkan dan meratifikasi perjanjian.
Presiden-presiden Perancis berupaya menerapkan apa yang sekarang disebut “domaine réservé” dalam kebijakan luar negeri, keamanan, pertahanan, dan intelijen.
Sedangkan perdana menteri pada umumnya menghormati aturan tidak tertulis ini. Jarang terjadi ketika mereka memperluas peran mereka, presiden akan menegur mereka.
Ketika Jacques Chirac diam-diam membantu mantan Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso untuk operasi penegakan hukum, Mitterrand langsung menyuratinya.
Ketika Lionel Jospin memicu kemarahan di Timur Tengah dengan menyebut tindakan Hizbullah terhadap Israel sebagai “aksi teror” pada tahun 2000, Chirac meneleponnya dan mengingatkan dialah yang berhak atas kebijakan luar negeri Prancis.
Konstitusi juga memberikan tanggung jawab yang besar kepada Perdana Menteri, khususnya tanggung jawab atas pertahanan nasional, “menjalankan kebijakan negara,” dan “memiliki layanan sipil dan angkatan bersenjata.”
Konfigurasi dan konstelasi ini jika Reli Nasional benar-benar memenangkan Pemilu Parlemen Prancis, bisa dipastikan Emanuel Macron akan kehilangan ruangnya menyuarakan kebijakan agresifnya.
Langkahnya mendukung total Ukraina, mengirimkan senjata canggih, dan konon menyelundupkan intelijen dan pasukan komandonya ke Ukraina, akan berubah.
Nada suara Macron terlihat mulai berubah setelah hasil Pemilu Parlemen Uni Eropa terlihat. Macron mengatakan dirinya siap kembali berkomunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.