News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Magang Merdeka: Mencetak Sarjana Berkualitas atau Tenaga Kerja Murah? 

Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi magang merdeka

Perasaan tersebut muncul ketika mengingat perjuangan mahasiswa dalam proses pembelajaran keilmuan, teori, dan pengetahuan dari program studi yang ditempuh selama bertahun-tahun, oleh sekitar 80 persen mahasiswa sesuai data Kemendikbudristek, menjadi sia-sia Ini ternyata karena banyak yang tidak sesuai dengan profesi mereka di masa mendatang.

Fenomena tersebut seolah menjustifikasi pernyataan bahwa kuliah hanya sekadar perjuangan mencari ijazah alih-alih perjuangan mencari ilmu bermanfaat. Padahal jika dipikir lebih lanjut, setiap program studi di perguruan tinggi tentunya telah melalui pertimbangan matang terkait manfaat serta penerapannya di dunia kerja.

Selanjutnya, kekurangan yang juga ditemukan dari program Magang Merdeka adalah pengaruh dari nominal pembayaran sebesar Rp2,8 Juta tersebut. Banyak mahasiswa menjadikan nominal pembayaran tersebut sebagai motivasi utama mereka dalam menjalani program Magang Merdeka. Alih-alih melengkapi teori dan pengetahuan yang didapat semasa kuliah, para mahasiswa cenderung terdorong untuk mengikuti Magang Merdeka semata untuk mendapatkan uang.

Banyak dari mahasiswa yang ditemui menganggap Rp2,8 juta sebagai nominal menarik. Padahal, jika ditelaah lebih lanjut lagi, sebenarnya nominal tersebut hanya sedikit lebih besar dari setengah Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta. Angka tersebut termasuk kecil jika dibandingkan dengan bobot kualitas keilmuan dari seorang mahasiswa.

Dengan kata lain, banyak mahasiswa menganggap Rp2,8 juta sudah sesuai kualitas diri mereka atas keahlian, keilmuan, dan pengetahuan dari perkuliahan. Padahal, hal tersebut berpotensi menurunkan standar estimasi diri (self-esteem) para mahasiswa setelah lulus dan menghadapi dunia kerja. Dengan terbiasa mendapatkan nominal kecil dari magang, para lulusan sarjana dikhawatirkan sudah merasa puas dengan bayaran rendah.

Efek penurunan standar estimasi diri tersebut berpotensi menurunkan value para sarjana di mata perusahaan. Sejumlah perusahaan nantinya dapat dengan mudah memperoleh pasokan tenaga kerja dari kalangan sarjana dengan iming-iming bayaran yang relatif rendah. Hal ini dikhawatirkan dapat menciptakan fenomena di mana gelar sarjana sudah tidak terlalu berarti lagi.

Kondisi tersebut adalah fatal, dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Jangan sampai program Magang Merdeka hanya sekadar menjadi “pabrik” pencetak tenaga kerja sarjana murah bagi perusahaan. Program Magang Merdeka seharusnya dapat menjadi media pembangunan bagi sarjana berkualitas, yang dapat meningkatkan nilai diri mereka.

Diversifikasi Program MBKM

Oleh karena itu, disarankan beberapa hal untuk dapat menambal kekurangan dari program ini. Pertama, Kemendikbudristek harus melakukan penghitungan perbandingan jumlah kuota lapangan magang dengan jumlah mahasiswa berdasarkan program studinya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan jumlah kuota antar program studi.

Kedua, disarankan Kemendikbudristek memperluas jaringan magang. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan jumlah kuota yang lebih besar, dalam rangka menyerap tingginya antusias mahasiswa terhadap program Magang Merdeka.

Ketiga, disarankan Kemendikbudristek memberikan standar kesesuaian antara penempatan lapangan magang dan program studi mahasiswa terkait. Di samping itu, Kemendikbud istek juga harus menciptakan standar silabus pencapaian kemampuan mahasiswa, sesuai pekerjaan pokok magang dan program studi mahasiswa terkait. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghindari penempatan nominal bayaran magang sebagai motivasi utama mereka dalam menjalani Magang Merdeka.

Dengan adanya penyesuaian antara program studi dengan lapangan magang serta penetapan standar silabus pencapaian, mahasiswa diharapkan dapat menjadikan poin-poin pencapaian yang dimaksud sebagai motivasi utama mereka dalam menjalani Magang Merdeka.

Terakhir, untuk dapat mendistribusikan minat mahasiswa yang tinggi terkait Magang Merdeka, disarankan juga menyarankan Kemendikbudristek untuk dapat mempromosikan jenis kegiatan MBKM lainnya. Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa tidak semata berfokus pada Magang Merdeka, melainkan pada berbagai kegiatan MBKM lain yang tidak kalah positif.

Diversifikasi yang tidak hanya terfokus pada Magang Merdeka dapat menampung tingginya antusiasme mahasiswa, dan tujuan dari program MBKM juga dapat lebih mudah tercapai.

Melalui penulisan artikel opini ini, diharapkan MBKM dapat berkembang lebih pesat agar dapat menjadi program yang lebih bermanfaat dan berdampak positif bagi para mahasiswa dalam kontribusi membangun bangsa.

Raihan Gultom, mahasiswa FISIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) dan reporter FIVE TV UPNVJ.
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini