Bahkan, sistem pager/ radio panggil ini juga sempat menjadi layanan telepon lokal dan internasional sebelum adanya telepon seluler.
Sayangnya, pengiriman pesan melalui pager dapat disadap radio panggil lainnya. Sehingga besar kemungkinannya untuk disalahgunakan, baik penjahat maupun penegak hukum.
Bom pager atau beeper di Lebanon ini sangat mengejutkan, dan mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh siapapun.
Ini menandakan pelaku atau yang mengoperasikan pengeboman jarak jauh sudah lama mempersiapkannya.
Peralatan yang meledak serentak di Lebanon konon produk yang dikirimkan ke Lebanon pada awal tahun ini.
Tangan-tangan intelijen Israel diduga kuat ada di balik perusahaan yang memasok alat komunikasi ini ke negara tetangganya di utara itu.
Sebelum dikirim, beeper itu ditanami baterai Lithium yang diselipi bahan peledak jenis PETN atau pentaerythritol tetranitrate yang sangat mudah meledak.
Lalu cara peledakannya, di saat bersamaan, pelaku akan mengaktifkan sistem di dalam beeper yang membuat baterai memanas secara cepat, dan memicu ledakan PETN yang sangat sensitive terhadap panas.
Dari foto dan video yang beredar, korban cukup random. Ada anak-anak, pemuda, laki perempuan, orang dewasa dan tua, dengan luka umumnya di pinggang, tangan dan wajah.
Ini mengindikasikan beeper sempat berbunyi, lalu diperiksa penggunanya dan meledak. Operasi pengeboman ini benar-benar tidak pandang bulu.
Ini yang membuat Edward Snowden mengkategorikan sebagai aksi terorisme, tindakan gegabah yang benar-benar tidak memperhitungkan korban sipil.
Jika pelakunya Israel, dan mendapat persetujuan Washington, maka ini adalah kejahatan perang yang diulang secara nyata oleh Israel di Lebanon, setelah operasi Gaza.
Mantan juru bicara Israel Defence Forces (IDF) Kolonel Jonathan Conricus menolak tuduhan ledakan itu serangan tanpa pandang bulu.
Menurutnya, serangan itu ditujukan ke anggota-anggota Hizbullah yang diberi perangkat komunikasi khusus itu.