Oleh : fx. wikan indrarto
Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, surveiyor akreditasi Kemenkes RI untuk pelayanan di RS.
TRIBUNNEWS.COM - Hari Keselamatan Pasien Dunia (World Patient Safety Day) pada 17 September 2024 merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendorong kolaborasi antara pasien, dokter, tenaga kesehatan, pembuat kebijakan, dan pemimpin fasilitas perawatan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Baca juga: Keterbatasan Akses Jadi Tantangan Diagnosa Penyakit Langka di Indonesia
Apa yang menarik?
Tahun ini temanya adalah “Meningkatkan diagnosis demi keselamatan pasien” dengan slogan “Lakukan dengan benar, buat aman!”, yang menyoroti pentingnya diagnosis yang benar dan tepat waktu dalam memastikan keselamatan pasien dan meningkatkan luaran atau hasil medis.
Diagnosis yang ditegakkan oleh dokter dan tenaga kesehatan merupakan identifikasi masalah kesehatan yang dialami pasien.
Diagnosis ini merupakan kunci utama untuk mengakses perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan pasien. Kesalahan diagnosis adalah kegagalan pasien untuk mendapatkan luaran klinis yang baik, karena tidak diteruskan dengan tatalaksana medis yang benar dan tepat waktu tentang masalah kesehatan pasien.
Kesalahan diagnosis ini dapat mencakup diagnosis yang tertunda, tidak benar, atau terlewat, atau dapat juga merupakan kegagalan untuk mengomunikasikan penjelasan kondisi medis kepada pasien.
Kesalahan diagnostik terjadi pada 5–20 persen hasil pemeriksaan dokter terhadap pasiennya. Kesalahan diagnostik yang berbahaya ditemukan pada minimal 0,7% pasien dewasa yang dirawat inap di RS.
Baca juga: The Gunners Bertemu Musuh Lama Saat Arsenal Melawan Bolton di EFL Cup, Kamis 26 Sep Pukul 01.45 WIB
Keselamatan pasien dalam aspek diagnostik dapat ditingkatkan secara signifikan dengan mengatasi masalah klinis berbasis sistem dan faktor kognitif dokter, yang dapat menyebabkan kesalahan diagnostik.
Faktor sistemik adalah kerentanan organisasi yang menjadi predisposisi terjadinya kesalahan diagnostik, termasuk kegagalan komunikasi antara dokter dengan petugas kesehatan atau dokter dan petugas kesehatan dengan pasien, beban kerja yang berat, dan kerja tim yang tidak efektif.
Faktor kognitif melibatkan pelatihan dan pengalaman dokter serta predisposisi terhadap bias, kelelahan, dan stres.